Video Killed The Radio Star: Menyoal Proses Kreatif The Jadugar

Video Killed The Radio Star: Menyoal Proses Kreatif The Jadugar

Untuk ukuran remaja yang tumbuh-dan-besar pada 1990-an, saya merupakan “produk” dari budaya massa yang sedang bergeliat dan berkembang. Medium-medium budaya massa mulai bermunculan satu per satu – terutama televisi swasta dan internet – dan berpengaruh sangat besar terhadap kondisi masyarakat. Saya selalu menyebutnya: “euforia budaya massa”. Salah satu “produk” budaya massa yang berkembang cukup signifikan adalah mulai munculnya videoklip-videoklip musik. Rasanya waktu itu sudah menjadi kebiasaan anak muda untuk “menongkrongi” televisi dan menunggu klip-klip band favoritnya tayang, terutama melalui kanal MTV – yang pertama kali hadir pada 1995 melalui stasiun ANTV. 

Bagi remaja yang menjadi perantara antara Gen-X dan Gen Y (atau Gen Millenials) – terlalu “muda” untuk disebut Gen-X dan kadung “tua” jika mau jadi Gen-Y – maka perubahan teknologi ternyata memiliki pengaruh cukup besar dalam membentuk identitasnya. Saya haqul yaqin jika anak muda se-usia saya saat itu hampir kadung menggandrungi teknologi massa: kagum pada ponsel Nokia monokrom, ngebokep saat pertama kenal internet, hingga membicarakan klip-klip keren band-band luar sana. Video klip pada masa itu tak hanya menjadi media penyampai promosi sebuah band agar kita jatuh cinta pada albumnya. Tapi juga merekonstruksi identitas kita: Pakaian, gaya bicara, atau polah tingkah kita ikuti dari apa yang kita tonton!

BACA JUGA - …Karena Hari Ini, Semua Mendadak Indie!

Maka, membicarakan esensi sebuah videoklip rasanya sangat reduktif bila hanya dikaitkan sebatas promo band atau album. Dalam bukunya Modern Noise, Fluid Genres (2008), Jeremy Wallach melihat bahwa klip musik di Indonesia menampilkan stratifikasi sosial yang ada di masyarakat. Dia membandingkan dengan klip-klip musik beraliran dangdut atau tradisional yang kerap menampilkan figur “dramatis” melalui visualisasi on-location (berupa lokasi wisata, rumah pribadi, atau taman kota). Sebaliknya, musik pop/rock yang notabene seringkali menampilkan aksi personil tersebut di studio yang disulap menjadi beragam latar/setting.

Pada aspek penceritaan juga, biasanya, video klip musik selalu menampilkan narasi yang menceritakan kesesuaian lirik yang biasanya adegannya dilakukan sang personil (terutama vokalis) bersama model. Misalnya, ketika lirik menyoal sepasang orang jatuh cinta, visualiasinya berupa orang yang sedang mesra-mesraan. Atau, pendekatan kedua yang berupa menampilkan para personil band yang seolah-olah sedang bermain musik lengkap dengan segala instrumennya.

Nama Idhar Resmadi sudah dikenal di kalangan jurnalis musik tanah air. Music Records Indie Label (2008), Kumpulan Tulisan Pilihan Jakartabeat.net 2009-2010 (2011), dan Based on A True Story Pure Saturday (2013) adalah karya yang sudah ia rilis. Selain itu, ia juga merupakan peneliti lepas, pembicara, moderator, atau pemateri untuk bahasan musik dan budaya.

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner