…Karena Hari Ini, Semua Mendadak Indie!

…Karena Hari Ini, Semua Mendadak Indie!

Mungkin, banyak yang merasa judul artikel ini sedikit menggelitik, konyol, atau bahkan aneh. Tapi, tulisan ini adalah hasil rangkuman obrolan santai yang didapatkan dari beberapa musisi, pengamat, penggiat atau penikmat musik secara umum (yang tidak peduli soal “indie” ataupun “major”).

Saat ini, tren, gaya hidup, wawasan dan selera pasar penikmat musik bahkan praktisi musik melulu dikaitkan dengan scene indie. Hal ini jelas tidak terlepas dari “kekuasaan” dan “pengaruh” sistem marketing perusahaan musik raksasa Indonesia yang mulai berkurang dalam mengontrol “telinga” pasar musik Indonesia .

Terbukti, dari mulai menurunnya penjualan beberapa  produk, misalkan adalah ring back tone (RBT) yang sempat boom di tahun 2000an akhir, karena dianggap sebagai salah satu jalan keluar terbaik dalam memerangi pembajakan. Untuk saya pribadi, hal ini sedikit (maaf) konyol, karena sistem RBT adalah membayar harga lagu namun yang mendengarkan adalah orang lain yang menelepon kita. Lalu, berlanjut ke “pahlawan” berikutnya adalah gerai ayam goreng, di mana banyak artis major label berlomba-lomba untuk bekerja sama menjual produk fisik berupa CD.

Dua sistem di atas merupakan sedikit dari upaya penyelamatan musik dan kantung penghasilan perusahaan besar yang bergerak di bidang musik yang sekarang mulai kurang relevan dan kurang berhasil. Lalu, apa hubungannya dengan tren, fenomena indie saat ini?

Hubungannya jelas seperti efek domino, antara perubahan sistem marketing kepada pasar yang terbentuk. Contoh nyata adalah masyarakat yang dulu menjadi target market band pop, atau pop melayu kini mulai menggandrungi band seperti misalnya Payung Teduh. Karena, jika dilihat dari genre hal ini jelas tidak mungkin terjadi jika kembali ke 10 -15 tahun yang lalu. Apalagi, jika melihat jadwal off-air band atau solois seperti Barasuara, Danilla, Silam Pukau, atau Scaller yang cukup padat di berbagai event besar ataupun gigs di mana mereka adalah penggiat genre yang tidak umum untuk masuk ke pasar awam (jika) major label (masih) menguasai “selera” masyarakat atau penikmat musik secara luas.

Robertus Bagas

Bagas perdhana adalah penggiat aktif musik dari Bandar Lampung. Aktif bermusik sebagai instruktur musik, dan menjadi frontman dari beberapa band yang bergerilya secara independent sampai sekarang.

View Comments (7)

Comments (7)

  • ibevebyka
    ibevebyka
    19 Dec 2017
    Dalemmmm
  • xShndyARx
    xShndyARx
    20 Dec 2017
    Ini nih
  • agungmiran
    agungmiran
    26 Dec 2017
    Mantap, ditunggu artikel selanjutnya mas dan #salamindie!
  • malikbetrayal00
    malikbetrayal00
    27 Dec 2017
    Mantaap #salamindie
  • Dianpanuntun
    Dianpanuntun
    10 Jan 2018
    baadaiiii ... terimakasih internet.
  • Hasnandanmomo
    Hasnandanmomo
    16 Jan 2018
    Mau raksasa ataupun minion, pemodal tetap nomor satu.
  • hendrydell81
    hendrydell81
    25 Jan 2018
    Mantaaabbb... Jooooosss...
You must be logged in to comment.
Load More

spinner