Video Killed The Radio Star: Menyoal Proses Kreatif The Jadugar

Video Killed The Radio Star: Menyoal Proses Kreatif The Jadugar

Sejak pertengahan 1970-an kita memang sudah mengenal apa yang disebut video klip. Pertumbuhan video klip di Indonesia tumbuh seiring dengan perkembangan teknologi dan pasar industri musik itu sendiri. Dalam catatan yang ditulis oleh (alm) Denny Sakrie, pada paruh era 1970-an TVRI mulai bereksperimen menampilkan lagu dengan setting outdoor yang terlihat lebih natural. Boleh jadi ini merupakan embrio atau cikal bakal munculnya era videoklip yang mulai marak pada era 1980-an hingga 1990-an. Videoklip pertama yang muncul di TVRI adalah lewat penampilan penyanyi Ernie Djohan di tahun 1972 dengan menggunakan kamera Éclair 16 mm.Tetapi yang bisa dianggap videoklip utuh dengan memakai playback atau lipsynch adalah videoklip kelompok Panbers di tahun 1974 dengan memakai kamera Arriflex 16 BL.

Video klip di Indonesia rasanya kian berkembang para periode 1990-an dan 2000-an. Karya-karya sutradara macam Rizal Mantovani dan Jay Subiyakto merupakan dua nama yang populer menghiasi video klip musisi-musisi ternama Indonesia. Kemunculan kolektif The Jadugar, menandai periode berikutnya dari suatu proses kebebasan berekspresi yang hadir terutama setelah periode Orde Baru jatuh. Periode yang ditandai dari makin masifnya penetrasi budaya massa yang dibarengi kian tumbuhnya teknologi informasi.

Periode itu makin maraknya pertumbuhan seni dan budaya “alternatif” dari segala sektor, sastra, seni rupa, teater, film, dan musik – yang ditandai dari geliat-geliat film “Kuldesak”, karya sastra wangi, dan musik indie. Geliat musik independen periode pada awal tahun 2000-an memang sedang bergeliat hebat. Penetrasi budaya massa melalui bermunculan majalah franchise dan anak nongkrong MTV yang tayang 24 jam penuh menandakan periode baru dari identitas anak muda Indonesia: “Gaul, Hip, dan Anti terhadap yang serba mainstream”.


The Jadugar | Foto: www.whiteboardjournal.com

Periodisasi dari masifnya MTV dan teknologi informasi menjadi cikal bakal kolektif The Jadugar menjadi produsen-yang-produktif melahirkan ragam karya videoklip band indie. Saya sebut kolektif karena The Jadugar digawangi oleh dua orang seniman yaitu Anggun Priambodo dan Henry “Batman” Foundation. Lahir dan tumbuh besar di Kampus Seni IKJ memberikan senses berbeda. Belum lagi periode itu bermunculan band-band indie jebolan IKJ yang marak menghiasi gigs dan pensi, sebut saja The Upstairs, The Adams, White Shoes and The Couples Company, Goodnight Electric, dan masih banyak lagi. Latar belakang mereka yang kental dengan nuansa “seni” menjadikan karya-karya mereka sangat “berbeda” dibandingkan dengan videoklip lainnya. 

Nama Idhar Resmadi sudah dikenal di kalangan jurnalis musik tanah air. Music Records Indie Label (2008), Kumpulan Tulisan Pilihan Jakartabeat.net 2009-2010 (2011), dan Based on A True Story Pure Saturday (2013) adalah karya yang sudah ia rilis. Selain itu, ia juga merupakan peneliti lepas, pembicara, moderator, atau pemateri untuk bahasan musik dan budaya.

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner