“Rolling Stones dan Kultusnya di Bandung”

“Rolling Stones dan Kultusnya di Bandung”

Mengakar

Tentang ini, saya juga pernah terlibat perbincangan dengan David Tarigan dan Alvin di kantor mereka, Irama Nusantara. David yang lama di Bandung menyebut, setidaknya sampai dekade 90, kultur Rolling Stones di Bandung masih sangat terasa. Di masa-masa kuliahnya, pada setiap tanggal 17 Agustus, dia kerap berkeliling sejumlah panggung 17-an untuk melihat band-band pengcover Stones yang pasti ada di tiap daerah.

"Lucu juga itu, kadang di panggung yang ini bawain Rolling Stones tahun-tahun 60-an, di panggung lain ada yang mainin era 70-an, tiap panggung ada Stones-nya," ucap David.

Cerita kultus lainnya saya dapat dari Hilman Yuniarta (1900 Yesterday). Suatu hari kendaraan yang dia gunakan mogok di Pasteur. Kebingungan, dia akhirnya dibantu oleh beberapa orang yang sedang nongkrong di dekat daerah tersebut. Dari situ Hilman terlibat perbincangan ngalor ngidul yang salah satu di antaranya soal kesamaan selera pada Rolling Stones.

"Si akangnya bilang: 'Abdi mah kang Stones salamina, sok kang rek parkir sawewengi ge, saya tanggung jawab', kata akang itu sambil buka kaos buat ngeliatin tatto letahna," kata Hilman.

Mengulas cerita seperti ini di Bandung tentu tak akan ada habisnya. Mulai dari cerita soal Stone Complex-Stone Complex yang konon kerap jadi nama geng di daerah-daerah, kisah pengamen tunanetra Supeno yang memainkan Stones dalam instrumen kecapi dengan nama Braga Stone, kegiatan rutin Sampurastun, hingga sebuah gang yang didedikasikan untuk Rolling Stones di Jalan Pelesiran Kota Bandung, Gang Stones!

Ya, Stones dan Bandung memang pernah serapat itu. Perlu kajian lebih dalam untuk menjawab alasannya, tapi kalau bercermin pada riset musik Britpop yang saya tuangkan pada buku Bandung Pop Darlings, Bandung yang relatif kecil dengan kultur nongkrong yang kuat cukup efektif sebagai arena distribusi wacana. Sisanya, fanatisme yang berbicara.

BACA JUGA - Mencari Koneksi Antara Musik dan Font

Irfan Muhammad (menamakan nama penanya sebagai irfanpopish) adalah penulis buku @bandungpopdarlings. Sehari-hari dia bekerja sebagai jurnalis yang bertugas di Ibu Kota untuk desk Polhukam. Di luar aktivitas liputannya, Irfan sesekali masih menangani Yellowroom Records, label kecil yang dia mulai bersama sejumlah teman di Bandung sejak 2014 dan bermain untuk unit alternative, MELT.

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner