Mencari Koneksi Antara Musik dan Font

Mencari Koneksi Antara Musik dan Font

Gara-gara pandemi ini, aktivitas yang saya lakukan sehari-hari untuk survive ternyata tidak mentok di dunia musik saja. Selama empat bulan lamanya mengurung di kamar, dan empat bulan setelahnya keluar-masuk untuk urusan kerjaan (dengan perasaan was-was, tentunya), sekarang hari-hari saya lebih banyak dihabiskan untuk bertahan hidup sebagai juru grafis yang selalu berkutat dengan urusan visual.

Tema tulisan ini saya angkat secara spontan ketika saya ngobrol ngalor-ngidul bersama Prabu, vokalis Saturday Night Karaoke, ketika lepas kerja di kantor. Sambil menghembuskan asap rokoknya, dia memberikan pertanyaan menarik “Kuy, sadar gak sih, band-band punk yang urang suka itu ternyata kebanyakan pake font Franklin Gothic?”

Mendengar pertanyaan Prabu, saya langsung terbayang sampul-sampul album punk rock yang familiar: Descendents, Parasites, Minor Threat, Fugazi, dan bahkan Saturday Night Karaoke. Kemudian, muncul pertanyaan baru dalam benak saya: “Ada gak ya koneksi antara font dengan musik yang dimainkan?” Terus, “Kenapa mereka bisa menggunakan font yang sama?”

Sampul album Punk Rock dengan font Franklin Familiy

Surya Fikri Asshidiq

Kelahiran asli Sumedang. Pengennya kerja full time jadi musisi, tapi sekarang masih sampingan ngedesain untuk menyambung hidup. Dia adalah orang yang bertanggung jawab dibalik semua departemen visual The Panturas. Kadang suka keteteran, tapi seneng aja.

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner