Pentingnya Menjadi Penjelajah Karya, Khususnya di Lirik Lagu Sendiri
Siapa yang tidak suka pecel lele, baik saat dompet musim paceklik, atau sekadar hobi menyantap sambal terasi mentah atau matang. Saya pun bisa dikatakan cinta, yang berujung pada keinginan untuk mencari pecel lele terenak di kota sendiri, yakni Bandar Lampung.
Pergi ke emperan hingga ke restoran yang menyajikan menu itu, saya jabanin. Hingga akhirnya pada suatu siang yang panas, di hari Stop Buang Air Besar Sembarang (BABS), salah satu kabupaten di Lampung mendeklarasikan sudah terbebas dari pencemaran air lewat tinja yang bocor dari pembuangan komunal maupun individu. Namun, karena telinga saya terlalu peka dan mulut ini ingin sekali mencari tahu sebab dan musabab daerah itu harus terbebas dari BABS, mulailah perjalanan saya mencari cinta (baca: lele) harus dihentikan.
Mengapa???? Oh mengapa???? Saya harus mengetahui hal ini. Sampai sekarang, kalau diingat saya geli sendiri. Jawabannya ialah, si ikan berkumis tipis tersebut adalah olahan terbesar daerah ini, yang mana lele berkembang biak dengan baik, karena kebiasaan masyarakat sekitar yang masih buang air besar sembarangan (bahkan you know lah ya, makanannya lele itu apa). Kabupaten itu adalah pemasok terbesar lele ke kota saya dan daerah sekitarnya. Meski di hari itu deklarasi Stop BABS terjadi, dan dikatakan bahwa daerah tersebut sudah terbebas dari kebiasaan buruk tersebut, tapi pikiran saya terlanjur tercemar, bukan oleh fakta daerah itu, tetapi kenyataan si lele jorse (jorok sekali).
Comments (0)