Musik, Traveling, dan Dinamika Menjalani Hobi Ketika Sudah Berkeluarga
Bicara soal konsistensi, menyikapi hobi dan peran saya sebagai ayah dan suami bisa saja berimbang andai kita bisa konsisten dengan apa yang kita jalani, karena perkara waktu biasanya tergantung kita mengaturnya
Jika ada pertanyaan tentang hal apa yang bisa diidentikan dengan seorang Zubey mungkin jawabannya adalah musik dan traveling. Dua hal itu jadi sesuatu yang tidak bisa dipisahkan dari diri saya. Menjalani hobi bermusik sejak masih duduk di bangku SMP, sampai akhirnya hal itu bisa jadi ‘penghidupan’ buat saya. Memang tidak sepenuhnya bisa menopang hidup saya, tapi sebagai hobi, musik akan selalu menyenangkan untuk saya. Begitu pula dengan traveling. Hobi ini mungkin berawal dari keinginan untuk eksistensi diri. Maklum masa remaja biasanya kita sering berlomba-lomba unjuk diri agar bisa ‘diterima’ lingkungan. Bisa ‘melancong’ ke banyak tempat dari mulai gunung, tempat-tempat wisata, hingga bahkan sempat mencicipi keliling dunia, tentu akan jadi sesuatu yang menarik andai suatu saat saya terlibat obrolan dengan orang.
Tapi lepas dari itu, hobi saya bermusik dan traveling kemudian jadi satu hal yang punya sinergi menarik, terlebih ketika saya menemukan banyak ‘bahan’ untuk diolah menjadi lagu dari hasil traveling. Single perdana saya yang berjudul “Tinggalkan Hanya Jejak” contohnya. Lagu tesebut merupakan ‘diary’ saya ketika menjalankan hobi saya naik gunung. Hasilnya akan berbeda jauh ketika saya tidak kemana-mana dan ketika saya jalan-jalan. Lagu yang dihasilkan di kamar/dalam rumah biasanya akan ‘kering’ pada output-nya. Sebaliknya, jika lagu yang saya buat pas saya jalan-jalan biasanya akan ngalir begitu saja, karena saya seperti sedang bercerita tentang pengalaman yang menyenangkan.
Istilah kerennya mungkin kontemplasi ya. Sebuah kegiatan merenung dengan kebulatan pikiran dan perhatian penuh. Itu sih yang saya dapat ketika traveling. Jadi bisa membuat saya lebih fokus dalam membuat karya musik. Keputusan saya untuk bersolo karir juga merupakan hasil perenungan itu, di mana saya sebagai individu yang suka bermusik ingin punya karya monumental saya sendiri, yang benar-benar tercipta dari pikiran saya sendiri, tidak seperti ketika dalam band yang harus membagi ‘ide’ dengan personil lainnya.
Comments (0)