Musik, Traveling, dan Dinamika Menjalani Hobi Ketika Sudah Berkeluarga

Musik, Traveling, dan Dinamika Menjalani Hobi Ketika Sudah Berkeluarga

Penjajakan saya dengan musik di luar ‘grunge’ kemudian menemukan tandem menarik kala disandingkan dengan ketertarikan saya akan dunia adventure, terutama pada hal yang berbau alam. Terhitung sejak tahun 2006, saya intens melakukan ‘petualangan’ setiap tahun. Mulai dari menyambangi gunung-gunung yang ada di Indonesia dengan menggeluti kegiatan backpacker ke pelosok-pelosok Indonesia, bahkan sampai ke luar negeri. Saya melakukan hobi tersebut dengan cara yang cukup ekstrim dengan melakukan perjalanan menggunakan jalur darat, dengan durasi waktu yang tidak singkat. Hal ini saya lakukan dengan tujuan agar bisa lebih dekat mengenal budaya dan kearifan lokal.

Tapi, ada tapinya, ‘masalah’ kemudian datang ketika saya menjalani peran sebagai ayah dan suami. Namanya suami, tentunya harus bisa membagi ‘dunia’ nya dengan anak dan istri. Menjalani dua hobi itu pun rasanya jadi tidak semudah ketika saya masih lajang. Ada beberapa ‘portal’ yang harus saya tembus sebelum akhirnya bisa menjalani hobi itu. Dari mulai ijin pulang malam (atau bahkan tidak pulang), waktu yang dibagi dua dengan jagain anak, sampai hal-hal lainnya yang sebenarnya lumrah terjadi bagi seseorang yang sudah berkeluarga, namun kalau boleh jujur cukup menjadi polemik tersendiri buat saya.

Tidak lantas menjalani peran sebagai ayah dan suami tidak menyenangkan, namun ada beberapa hal yang mungkin tidak semudah seperti dulu. Pasangan saya sebenarnya partner yang menyenangkan untuk bisa diajak traveling bareng, namun seperti juga saya yang punya ‘peran baru’, dia juga menjalani perannya sebagai ibu, yang bisa dibilang intensitas untuk mengurus rumah tangga jauh lebih banyak dari saya.

 

Beberapa ‘trik’ kemudian harus saya jalankan untuk bisa tetap bermusik dan traveling. Yang pertama mungkin atas nama proses kreatif. Untungnya, pasangan saya termasuk yang supportif dengan profesi yang saya jalani, hingga ketika ‘trik’ atas nama proses kreatif saya utarakan dia biasanya mengerti. Hal itu cukup ampuh sebagai ‘surat ijin jalan’ bagi saya. Sambil bawa ransel biasanya saya bilang “sayang, aku berproses kreatif dulu ya”. Apalagi kalo lagunya ternyata direspon positif dan bisa berujung pada urusan finansial (aamiiin), mungkin surat ijin jalan’ akan semakin mudah.

Ketika status sudah berkeluarga biasanya waktu terasa sangat pendek, dan hal itu jadi tantangan tersendiri buat saya untuk bisa tetap produktif dengan waktu yang singkat. Dari mulai mengolah musik, bekerja, hingga mengurus anak. Masing-masing harus mendapat porsi yang sama, dan itu yang akhirnya jadi polemiknya. Kadang bisa keasikan bermusik hingga lupa pada pekerjaan dan anak, dan bisa juga sebaliknya, terlalu sibuk mengurusi pekerjaan dan anak, sampai lupa bermusik.

Zubey merupakan seorang gitaris dari band grunge bernama Freak. Belakangan dia tengah menikmati karir solo bermusiknya yang secara genre terbilang berbeda dengan bandnya. Selain itu, Zubey juga merupakan seorang content creator untuk kanal Youtube nya, "Jejak Zubey", yang banyak menyajikan konten seputar hobinya traveling.

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner