Menguak Esensi Humor Pada Musik (Pop) Punk Rock
Layaknya band-band lain yang ingin mencoba untuk meniru gaya idola mereka, sikap konyol dan penuh humor yang lekat pada band-band punk ternyata merunut ke satu momen dan tempat di dalam sejarah punk rock. Tempat tersebut adalah Gilman Street 924 di Berkeley, California dan tepatnya di paruh akhir tahun 80an. Konon venue musik yang dikelola oleh Tim Yohannan (editor-in-chief zine musik underground mahsyur, Maximum Rock ‘N Roll) tersebut pada era itu sedang gencar-gencarnya mempromosikan jargonnya sebagai venue musik untuk semua umur, yang bebas dari berbagai kepentingan politik atau golongan. Hal itu dilatari oleh kemuakan Yohannan dengan stereotip nihilistik juga berbagai tindakan anarki dan kekacauan yang berkonteks merusak pula membabi buta di dalam sirkel punk rock tahun 80an. Dengan jargon yang memberikan ‘safe space’ bagi para punkers tersebut, akhirnya banyak banget orang yang nonton dan manggung di Gilman dengan latar belakang yang berbeda. Tapi tetep tertib dan good clean fun.
Mungkin karena ada pengaruh aturan ‘all ages’, banyak pengunjung dan band yang main di Gilman berekspresi dan melakukan tindakan-tindakan yang spontan dan nggak ‘punk banget’. Mereka mengekspresikan ke-punk rock-annya dengan berbagai cara yang lumayan absurd dan nyeleneh. Mulai dari membawa potongan-potongan kertas ke dalam venue dan dilemparkan ketika band mulai bermain, bermain lompat tali di tengah-tengah moshpit, bahkan sampai ada yang membawa sepeda roda tiga dan ikut melaju ketika momen circle pit terjadi. Hal-hal konyol dan spontan seperti itu berlangsung lama dan ikut diindahkan oleh banyak orang, bahkan sampai pernah ada anggapan kalau Gilman itu tempat nongkrong anak-anak punk yang culun dan aneh. Maklum, tahun 80an masih dihantui oleh citra hardcore punk yang garang dan agresif. Jadi lumayan aneh ketika ada suatu ‘komunitas’ punk yang kelakuannya begajulan kayak di Gilman Street.
Comments (0)