Mendengar Adalah Konstelasi Tak Memudar
Kita mesti mulai banyak mendengar jika usia sudah tak lagi muda jika ingin tetap relevan, belajar memahami apa yang terjadi hari ini, membuka ruang percakapan dengan usia yang lebih muda, bukan berusaha menghakimi selera musik mereka, generasi muda lebih cepat menyerap sesuatu, mungkin karena teknologi yang begitu maha hebatnya update setiap waktu. Jika bertahan dengan ego yang selalu merasa tahu dan bisa melakukan sesuatu, bukan mustahil karya atau apapun yang kita rilis nantinya jadi bahan tertawaan generasi dibawah kita. Mereka juga gak peduli dengan kemampaun pengetahuan musik generasi di atas mereka, dan definisi profesi pengamat musik seperti Bens Leo juga apakah masih dibutuhkan saat ini?
Di saat apa saja tentang musik yang ingin kita cari tinggal berselancar dengan papan selancar bernama google, pengamat musik seperti tinggal nama sebuah profesi saja, untung saja Bens Leo mulai ngeh dengan tren podcast, membuka ruang etalase percakapan digital bernama Cakap Cakap di instagram miliknya. Namun sekali lagi, seorang Bens Leo pun seperti butuh effort lebih untuk membawa Cakap Cakap menjadi dilihat generasi muda, di mana artwork flyer digitalnya kurang mumpuni dipandang mata. Lelah memang untuk tetap relevan di masa sekarang, masa dimana generasi muda lebih apresiasiatif terhadap karya Ghostmane yang mereka anggap representasi era mereka lewat simbol kegelapan dengan balutan kesesatan agama yang keren dengan balutan rima lirik cepat. Padahal generasi kita tahu ada Marilin Manson, Mayhem, Varg vikernes atau Papa Emeritus dari Ghost yang telah hadir terlebih dahulu.
Apakah secarik kertas yang tergeletak disebelah simbol perlawanan era 90-an Kurt Cobain menasbihkan sebuah makna mendalam bagi ketakutan generasi kita, yakni “Lebih baik terbakar daripada Memudar”
Comments (0)