For Revenge 2020: Dibuka Derana, Ditutup Jentaka

For Revenge 2020: Dibuka Derana, Ditutup Jentaka

Jentaka

Paska dirilisnya "Perayaan Patah Hati", kami baru berani untuk merekrut gitaris baru untuk mengisi kekosongan yang ditinggalkan Arief. Adalah Prass Goldinantara, gitaris yang sebelumnya tergabung di unit post-hardcore Slap It Out.  Prass seperti menyuntikkan semangat kami yang sempat surut. Pengaruh musik post hardcore/new core, membuat proses kreatif fR kembali berenergi. Untuk pertama kalinya fR bertemu dengan kekuatan penuh, menulis lagu bersama-sama. Sebuah single, yang kemudian kami beri judul "Jentaka".


Artwork "Jentaka"

Dari awal kami memang berniat bereksperimen (lagi) di single selanjutnya. “Kasih part saxo, Prass!” pinta saya waktu itu. Entah, saya sedang keranjingan dengan suara saksofon. Ya setidaknya (saksofon) bisa membuat sebuah lagu menjadi lebih “mewah” (terima kasih Andi Cakcak!). Dan lahirlah, sebuah eksperimen gila yang tidak pernah kami pikirkankan sebelumnya. Walau, bagi Prass, ini eksperimen yang cukup nyebrang dan kompleks.

Itu belum cukup. Paska "Perayaan Patah Hati", kami seperti ketagihan untuk mengajak kolaborasi orang hebat lainnya. Tercetuslah nama Faizal Permana (Ical), vokalis Kilms. Alasannya sederhana, saya suka dengan karakter vokal Ical. That’s it. Kebetulan juga, Ical dan Prass pernah tergabung di band yang sama. Tidak ada salahnya juga memberi “kado kecil” untuk Prass yang sudah membuat aransemen lagu "Jentaka" sesuai ekspektasi kami.

Dari sisi lirik, "Jentaka" menurut KBBI adalah a Sas celaka; sengsara; sial. Saya suka sekali dengan kosakata ini meski maknanya negatif. Dekat dengan kata “Jenaka” tapi punya makna yang bertolak belakang. Sedikit cerita, rutinitas pekerjaan saya bersinggungan dengan semua hal yang memancing gelak tawa. Beberapa program televisi yang saya bidani bergenre komedi. Maka saat itu, ide di kepala saya adalah menulis lagu yang punya tema komedi.. tapi emo. Dua hal yang saya suka.

Dua puluh November 2020, Jentaka pun dirilis. Masih ada yang kurang. Kami belum membuat versi visual dari single ini. Lagi, ide liar itu  muncul. Ini lagu bertema komedi, kenapa tidak mengajak komedian? Orang pertama yang saya hubungi adalah Diaz Killaz, teman lama yang dulu menjadi punggawa band Apel di medio 2000-an, sekarang hijrah menjadi salah satu bagian dari Majelis Lucu Indonesia.

Mang, gue mau bikin video klip komedi. Gue butuh Dustin, Rigen dan Gian. Bisa bantu?” tanya saya waktu itu. Nama terakhir adalah Gianluigi Christoikov, seorang komika juga, tapi belakangan merambah ke penulisan skenario film. Salah satu filmnya adalah Sabar Ini Ujian (2020) yang tayang di salah satu OTT platform kenamaan. Iya, saya suka dengan skenarionya, rasanya Gian adalah orang yang paling tepat untuk menerjemahkan apa yang fR mau.

Boniex Noer, bermain di depan layar unit modern rock/emo For Revenge dan bekerja di belakang layar sebagai produser di salah satu televisi swasta.

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner