Desingan Peluru dari Lima Rilisan Musik Keras 2019

Desingan Peluru dari Lima Rilisan Musik Keras 2019

DEAD VERTICAL
XVII

Trio grindcore asal Jakarta Timur ini memuntahkan album terbaru XVII, tepat di usianya yang ke 17 tahun. Di bawah kendali distribusi label rekaman Blackandje, album terbaru ini cukup menyita perhatian ketika single "Elektro Visual Adiktif" dirilis tahun lalu. Jika mendengarkan album sebelumnya, Angkasa Misteri, kita pasti menitipkan ekspektasi yang tinggi untuk produk terbaru Dead Vertical berikutnya. Memang benar, seolah tak kenal ampun ketika single terbaru "Gadget Slave" dirilis bulan lalu dan seperti menasbihkan bahwa dengan balutan sound yang cukup modern, album XVII yang berisi 18 lagu mengantarkan Dead Vertical ke level berikut yang lebih tinggi.

Boy (gitar), Bonz (bass) dan Aryablood (drum) berhasil meramu resep bermusik grindcore beringas era awal mereka berdiri pada tahun 2001 silam, berpadu liar dengan corak vokal growl berat serta kalibrasi teknik bernyanyi a la Seattle sound di beberapa bagian lagu. Dead Vertical seolah ingin mengimplementasikan bahwa mereka lebih mengaum dan lebih liar di album terbaru ini. Tak bisa diacuhkan, sentuhan beat drum melesat cepat namun terkadang berubah drastis menjadi groovy yang tak tertebak pada sesi drum yang penuh renjana, terbakar!

Ini adalah salah satu album grindcore megah Indonesia yang patut di perhitungkan pada 2019 dan wajib untuk didengarkan para metalhead dengan vest patch “In Grind we Trust!”.

Akbar Haka lahir di Tenggarong, 19 Februari 1983. Anak ketiga dari 4 bersaudara dan Ayahnya Drs. Halidin Katung yang disingkat menjadi akhiran namanya "Haka" adalah seorang gitaris band rock terkenal di Kalimantan Timur - D'Gilz pada medio akhir 1970-an. Selepas menamatkan SMA 1 Tenggarong pada tahun 2000, Akbar merantau ke Bandung hingga 2005, lalu pindah ke Jakarta (2005-2007), lalu kembali menetap di Tenggarong sebagai kecintaannya pada kampung halaman dan bercita-cita meledakkan nama Tenggarong, Kutai Kartanegara di Peta Musik Keras Nasional.

Perlahan cita-citanya terwujud saat mendirikan Kapital (2005) sampai sekarang, dan telah memiliki 6 album penuh, mewakili Indonesia dalam Heartown Rock Fest Taiwan 2018, dan saat ini sedang berproses untuk album ke tujuh "MANTRA".

Membentuk skena musik keras di Tenggarong bernama "Distorsi" yang kemudian melahirkan event rock berskala internasional KUKAR (Kutai Kartanegara) Rock In Fest dan ROCK IN BORNEO yang tercatat dalam rekor MURI sebagai festival rock terbesar dan gratis di Indonesia dengan catatan 80 ribu penonton.Juga aktif tercatat sebagai Music Director untuk Lembaga Pembinaan Kebudayaan Kabupaten Kutai Timur yang membawa Akbar Haka bersama sanggar-sanggar Tari Dayak atau pun Kutai berkeliling Eropa sebanyak dua kali, kemudian Shanghai, Vietnam, Singapura dan beberapa pertunjukan tradisi di dalam dan luar negeri.

Terobsesi oleh hampir semua karya tulis dari Tan Malaka, dan yang paling melekat dalam persepsi Akbar Haka adalah Terbentur, Terbentur, Terbentur...... Terbentuk!

View Comments (1)

Comments (1)

  • Rckyprtma97
    Rckyprtma97
    14 Dec 2019
    Mantap kata-kata nya kena semua! \m/<br /> Sepertinya cocok jadi writer bang akbar haka
You must be logged in to comment.
Load More

spinner