Desingan Peluru dari Lima Rilisan Musik Keras 2019

Desingan Peluru dari Lima Rilisan Musik Keras 2019

FOR REVENGE
Auristella

Turunkan tensi pekak telinga oleh gempuran distorsi berkekuatan tinggi, mari sejenak berselancar ke dalam dimensi masa remaja ketika hampir semua dari kita memakai celana jeans botol ketat merosot turun menuju ke bawah pinggang, rambut poni lempar menerpa sejadi-jadinya, serta sepatu Macbeth Eliot dengan warna kaos kaki yang cukup menyala. Kebanyakan kita memasang aplikasi Winamp sebagai media fasilitas kuping setiap harinya. Beberapa nomor song list penuh kemarahan cinta memukul balik sisi kelaki-lakian kita menjadi bucin level dewa matahari, sebut saja "Letters To You"-nya Finch, "Until The Day I Die" dari Story Of The Year, hingga "On My Own"-nya The Used. Tak lupa ber-say hi di sosial media bernama Friendster kepada modus operandi percintaan kita kala itu.

Adalah For Revenge, sebuah unit emo/post hardcore asal Bandung yang berdiri sejak 2006 ini membawa kita bernostalgia kembali ke semesta itu. Album terakhir mereka, Auristella yang dilepas pada awal 2019 lalu seperti memaksa kita jangan dulu menjadi tua dan sudi kiranya kembali bernyanyi di depan cermin menirukan sosok Anthony Green dari Saosin pada lagu "Seven Years". Berisikan sembilan lagu, Auristella diisi oleh formasi terakhir For Revenge, yaitu Simon (vokal), Arief (gitar), Izha (bass), dan Archims (drum). Mereka sukses menancapkan cakar konsistensi akan genre musik ini sekaligus mengirimkan sinyal kepada industri musik Indonesia bahwa emo belum mati.

Akbar Haka lahir di Tenggarong, 19 Februari 1983. Anak ketiga dari 4 bersaudara dan Ayahnya Drs. Halidin Katung yang disingkat menjadi akhiran namanya "Haka" adalah seorang gitaris band rock terkenal di Kalimantan Timur - D'Gilz pada medio akhir 1970-an. Selepas menamatkan SMA 1 Tenggarong pada tahun 2000, Akbar merantau ke Bandung hingga 2005, lalu pindah ke Jakarta (2005-2007), lalu kembali menetap di Tenggarong sebagai kecintaannya pada kampung halaman dan bercita-cita meledakkan nama Tenggarong, Kutai Kartanegara di Peta Musik Keras Nasional.

Perlahan cita-citanya terwujud saat mendirikan Kapital (2005) sampai sekarang, dan telah memiliki 6 album penuh, mewakili Indonesia dalam Heartown Rock Fest Taiwan 2018, dan saat ini sedang berproses untuk album ke tujuh "MANTRA".

Membentuk skena musik keras di Tenggarong bernama "Distorsi" yang kemudian melahirkan event rock berskala internasional KUKAR (Kutai Kartanegara) Rock In Fest dan ROCK IN BORNEO yang tercatat dalam rekor MURI sebagai festival rock terbesar dan gratis di Indonesia dengan catatan 80 ribu penonton.Juga aktif tercatat sebagai Music Director untuk Lembaga Pembinaan Kebudayaan Kabupaten Kutai Timur yang membawa Akbar Haka bersama sanggar-sanggar Tari Dayak atau pun Kutai berkeliling Eropa sebanyak dua kali, kemudian Shanghai, Vietnam, Singapura dan beberapa pertunjukan tradisi di dalam dan luar negeri.

Terobsesi oleh hampir semua karya tulis dari Tan Malaka, dan yang paling melekat dalam persepsi Akbar Haka adalah Terbentur, Terbentur, Terbentur...... Terbentuk!

View Comments (1)

Comments (1)

  • Rckyprtma97
    Rckyprtma97
    14 Dec 2019
    Mantap kata-kata nya kena semua! \m/<br /> Sepertinya cocok jadi writer bang akbar haka
You must be logged in to comment.
Load More

spinner