Berkarya Tanpa (Piranti Lunak) Bajakan
Para pelaku musik tidak perlu mengeluh apalagi berteriak saat tidak menerima hak sesuai kewajiban karena karyanya dibajak, apalagi dalam rangkaian tindakannya dengan bangga masih menggunakan piranti lunak bajakan
Semua orang bisa berkarya. Dari penggiat hobi, musisi amatir, bahkan professional, kini kita hidup di masa semua orang memiliki kesempatan yang sama untuk berbagi karya di ranah publik. Dunia maya menyediakan ruang dimana musik hanya menjadi salah satu ragam konten, yang dapat dikomersialisasi dan dinikmati oleh semua orang yang memiliki akses internet. Akibatnya tingkatan profesi tak lagi jadi soal, karena hakikatnya kreativitas bercerita melalui ekspresi musikal yang dikonsumsi para penikmat musik.
Bagi sebagian pelaku, inti dari tulisan ini adalah sebuah kewajaran–sebuah kewajiban yang sangat lazim–bahkan tidak istimewa, biasa saja. Namun sayangnya bagi sebagian orang judul tulisan ini hanya terbaca menjadi sebuah slogan–kalimat pendek untuk menjelaskan sebuah konsep ideal yang hanya menjadi teori di atas kertas.
Celakanya masih banyak para pelaku musik mengaku professional mengharuskan adanya pembayaran untuk menyelesaikan suatu pekerjaan atau karya, namun menggunakan piranti lunak bajakan dalam prosesnya menjadi sebuah kelumrahan. Tingkat profesi apapun yang diaku maupun diakui sebagai pelaku musik, rasanya tidak masuk akal jika berkarya menggunakan piranti lunak bajakan.
Piranti lunak hanyalah alat pewujud ide. Salah satu mata rantai dalam sebuah rangkaian sistem produksi. Kecuali hobimu adalah tidur siang atau melamun, mustahil untuk memulai kegiatan bekesenian tanpa mengeluarkan biaya. Apalagi jika tujuannya untuk menghasilkan karya yang dijadikan sebagai mata pencaharian. Saat kamu butuh piranti lunak dalam proses kreasi, dapat dipastikan setidaknya sejumlah rupiah telah dikeluarkan untuk membeli alat music hingga seperangkat komputer berikut antarmuka audionya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa di sisi pengguna, alasan penggunaan piranti lunak bajakan bukan soal finansial, tapi soal mental. Pola pikir bahwa semua yang dapat diunduh di internet adalah gratis karena milik semua orang adalah sebuah kedunguan.
Comments (0)