Why Metal Cover Matters

Why Metal Cover Matters

Being Viral is a Sellout?

Fenomena di masa sekarang mengajarkan kita pada satu tips penting supaya berhasil populer dalam waktu singkat. Kamu bisa mengkover lagu apa saja, asalkan viral. Dan jangan lupa, koveranmu tadi juga harus viral. Jadilah viralception.

Masih ada lagi. Syarat menjadi viral tentu menggunakannya sebagai konten medsos. Kasih saja sedikit caption yang berbau clickbait, dijamin warganet yang selalu berbahagia dalam keributannya akan suka rela mempopulerkan kontenmu. Hasilnya ajaib. Lebih ajaib dari ramalan Warhol tentang masa depan yang bisa membuatmu populer hanya dalam waktu 15 menit.

Jadi, tak usahlah heran dengan balutan konten-konten magis di jejaring sosial, misalnya dalam sebuah konser band Metal yang penontonnya sedang asyik headbanging mendadak jadi goyang syahdu karena band yang bersangkutan mengubah nadanya jadi potongan irama lagu yang sedang hits.

Saya mungkin tidak menyebut hal itu sebagai kekonyolan. Tapi selama ini kita juga menyadari (paling tidak mengakui dalam hati) bahwa yang kebanyakan viral di medos sebetulnya adalah hal-hal bodoh. Kembali pada diri kita saja bagaimana menyikapinya, mau menertawakan, memuji, menghujat, cuek saja, atau yah, menulis saja kayak yang sedang saya kerjakan ini. Sialnya lagi, saat saya mau melanjutkan tulisan di bagian ini merasa speechless ketika semakin menemukan banyak hal ajaib di dunia kover mengkover khususnya band Metal. Keajaiban yang saya maksud ini jangan sampai salah dimengerti sebagai respons negatif. Justru saya salut dengan kreativitas sebuah “album Metal” yang isinya utuh hasil koveran lagu-lagu dangdut.

Indonesia termasuk negara yang punya massa penikmat musik Metal yang solid. Barangkali itu pula yang jadi lahan kuat untuk menjaring popularitas. Pertanyaannya adalah, kalau mau mencari popularitas, kenapa harus dari Metal? Karena secara spirit, memainkan musik Metal itu bukan cuma perkara musiknya yang keras. Namun liriknya juga memiliki semangat anti kemapanan atau apapun itu sebutannya.

Kalau mau iseng dalam praktik mengkover pun tentu haruslah niat. Substansi dari hasil keisengan biasanya untuk tujuan humor. Nah, bagi saya, alat kritik (dan otokritik) paling cadas dan mengena ya dengan menyampaikannya seperti itu. Seperti contoh video di bawah ini:

Dan pasti selalu ada komentar semacam “mendingan ini daripada versi aslinya”. Yaa, selera pendengaran berbeda dan itu pun hak siapa saja untuk berkomentar semacam itu, kan? Tapi kebanyakan komentar seperti itu muncul dari mereka yang lupa atau sengaja mengabaikan apa tujuan atau alasan orang mengkover lagu itu.

Hernandes Saranela

Hernandes Saranela merupakan pembuat film personal di bawah bendera kolektif Cinemarebel Yogyakarta. Vokalis dari band Punk DEMSTER & band Pagan Metal ENUMA ELISH. Juga menjadi pengajar film dan akting di salah satu kampus di Jogjakarta.

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner