Why Metal Cover Matters

Why Metal Cover Matters

Sebelum terlalu jauh ke mana-mana, baiknya kita singgung dulu apa sih yang disebut tindakan mengkover itu. Jika disederhanakan definisinya, mengkover karya berarti membawakan karya itu baik sesuai aslinya atau ada modifikasi namun mengakui kepemilikan dari yang orisinil. Bagaimana cara mengakui kepemilikan itu? Bisa dengan cara membayar royalti atau cukup mencantumkan nama si pembuat/pembawa karya orisinilnya.

Seorang musisi, sebuah band, atau orang biasa yang melakukan kover lagu bisa jadi karena sekadar iseng, ingin tenar, atau mungkin sebagai wujud apresiasi/tribut pada karya atau si musisi asli/penciptanya. Produksi lagu-lagu cover atau yang diklaim sebagai tribut merupakan sebuah prospek bisnis yang sangat menjanjikan. Silakan cek di perangkat pemutar lagu online dan cari satu judul lagu di sana. Selalu ada kemungkinan muncul sebuah daftar yang beberapa di antaranya tak lain adalah versi cover. Ironisnya, lagu versi cover terkadang malah sering lebih dikenal dibandingkan versi orisinalnya.

Konstruksi imaji yang diyakini dan diwariskan generasi ke generasi sebagai fakta konyol bahwa lagu X memang aslinya dibawakan oleh si Y. Bukan si Z yang bahkan namanya sendiri pun baru didengar. Maka, janganlah terlalu serius memprotes semisal ada kids jaman old dan jaman now yang ngotot kalau Natalie Imbruglia-lah yang aslinya membawakan Torn, bukan sebuah band antah berantah bernama Ednaswap. Atau Antisocial sebenarnya bukanlah ciptaan asli dari Anthrax, melainkan sebuah band Hard Rock dari Prancis bernama Trust yang duluan dirilis 9 tahun sebelumnya. Dari daftar tak berkesudahan lagu-lagu cover di dunia ini, mungkin tak ada lagi yang lebih menyedihkan saat salah satu temanmu beranggapan bahwa Flash of the Blade merupakan lagunya Avenged Sevenfold, bukan Iron Maiden.

Bahkan, klaim membawakan lagu orang atau band lain sebagai wujud tribut atau penghargaan karena mungkin berperan besar dalam perjalanan karir musik atau sejenisnya pun tak akan lolos dari perspektif bisnis tadi. Tahun 2003, Sepultura harus membangun dirinya kembali dari awal semenjak ditinggal cabut oleh Max Cavalera. Di tahun itu mereka merilis sebuah Revolusongs, sebuah EP yang semua isinya adalah lagu-lagu kover dari Metallica, Exodus, Hellhammer, dan termasuk kepunyaan U2 yang berjudul Bullet the Blue Sky. Sukseskah album tersebut? Nyatanya, Revolusongs menerima banyak review positif tapi berhubung dirilis secara terbatas, angka penjualannya tidak begitu memuaskan. Tapi review yang positif adalah indikator terbaik strategi promosi dari kembalinya si Raksasa Thrash Metal dari Amerika Latin setelah sempat terpuruk beberapa tahun karena minggatnya Max.

Lagu-lagu kover yang menyandang predikat timeless tracks adalah aset besar di industri musik. Terima kasih kepada internet dan semua warganya yang sudah membuka mata korporasi-korporasi label musik yang dengan sigapnya menetapkan aturan legalitas di dunia maya sehingga siapapun yang memainkan lagu tanpa mengikuti prosedur perijinan dari label terkait bisa terancam gugatan hukum. Lho, bukannya banyak tuh lagu-lagu kover di YouTube yang beredar? Coba cek, berapa jumlah like dan subscribernya serta potensi viral dari video atau lagu tersebut. Artinya, lagu kover yang memang dibawakan ulang secara keren belum akan masuk ke radar pihak-pihak yang siap melemparkan jaring hak cipta selama tidak viral dan menembus aspek-aspek potensial pasar.

Tak harus memilih lagu yang (pernah) tenar di masanya untuk dikover. Tradisi saling mengkover lagu dari sesama pelaku scene indie pun lumayan kuat. Tujuannya mungkin lagi-lagi karena iseng, bentuk penghargaan, atau sama-sama saling mendongkrak nama. Hal itu sah. Karena sama-sama masih jadi sobat miskin di arena pergulatan industri musik, sampai mungkin akan sampai pada suatu masa ketika dilirik label besar dan buyarlah semua semangat kemerdekaan yang dulunya terbentuk ketika masih saling bahu membahu mengejar impian.

Hernandes Saranela

Hernandes Saranela merupakan pembuat film personal di bawah bendera kolektif Cinemarebel Yogyakarta. Vokalis dari band Punk DEMSTER & band Pagan Metal ENUMA ELISH. Juga menjadi pengajar film dan akting di salah satu kampus di Jogjakarta.

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner