Thrash Is Back!

Thrash Is Back!

Ada fenomena menarik di akhir tahun 2017 yang lalu, ketika musik thrash metal kembali hadir meramaikan dinamika musik independen di Indonesia. Musik thrash metal yang lahir dan tumbuh berkembang di awal tahun 1980 di daratan Amerika dan Eropa sempat mendominasi tren musik metal Indonesia di awal tahun 1990. Band-band pionir seperti Suckerhead, Roxx, Rotor, dan Rudal adalah sebagian nama besar yang menguasai hampir semua panggung festival musik rock di Indonesia. Belum lagi, band-band level underground yang secara aktif bergerilya lewat panggung-panggung level Agustus-an dan pensi-pensi SMA.


Suckerhead - Foto: Rock Attitude Greese

Pada awal tahun 1990, musik rock di Indonesia mengalami masa kejayaan. Indikatornya bisa terlihat dari begitu banyaknya populasi band rock di setiap kota besar di Indonesia. Setiap panggung festival didominasi oleh penampilan band-band bergenre musik rock. Fenomena tersebut tidak terlepas dari peran seorang produser sekaligus promotor asal Surabaya yang rajin menggelar festival rock hampir di seluruh kota besar di Indonesia. Log Zhelebour adalah salah satu tokoh yang berperan besar menciptakan tren musik rock di Indonesia.

Sebagai seorang promotor, Log rajin menggelar festival rock dengan format kompetisi untuk kemudian hasilnya dirilis dalam bentuk kaset kompilasi. Selain apa yang sudah dilakukan oleh Log membawa perkembangan bagi musik rock di Indonesia, peran radio swasta juga memberi dampak bagi perkembangan musik rock di Indonesia. Saat itu, hampir semua radio swasta di Indonesia mempunyai program musik rock, bahkan radio GMR di Bandung mengkhususkan diri sebagai radio yang secara spesifik hanya memutarkan lagu-lagu rock dengan segala turunan genre-nya.


Sepultura - Roots Bloody Roots

Thrash metal, sebagai salah satu turunan dari musik rock, adalah salah satu genre yang pada masa itu mengalami masa awal perkembangan dan mulai mendapatkan tempat di telinga para “rocker” di Indonesia. Tampilnya Sepultura, raksasa thrash metal asal Brazil seolah menjadi ajang pamer kekuatan betapa besarnya musik thrash metal di Indonesia.

Beberapa perusahaan rekaman dan distributor major label yang mempunyai kekuatan cabang toko-toko distributor di setiap kota di Indonesia seolah memanfaatkan momentum tersebut dengan ikut memproduksi dan mendistribusikan rilisan band thrash metal asal Amerika dan Eropa. Dengan mudahnya pada masa itu, kita bisa mendapatkan semua rilisan album Kreator, Metallica, Sodom, Anthrax, Overkill, Death Angel dan lain-lain.

Ranah musik bawah tanah Kota Bandung tidak akan pernah sama jika Addy Gembel tidak hadir di era '90an. Bersama grup musik ekstrim yang dinamai Forgotten, ia lantang menyuarakan tentang hal-hal provokatif dan kontroversial, dengan dua jenis pilihan bahasa: frontal dan sangat frontal. 

View Comments (1)

Comments (1)

  • adxdraven
    adxdraven
    3 Feb 2018
    trash never die
You must be logged in to comment.
Load More

spinner