Spirit Venue-Venue Karinding Attacks di Eropa (Bagian Satu Europalia 2017)

Spirit Venue-Venue Karinding Attacks di Eropa (Bagian Satu Europalia 2017)

Worm, Rotterdam, Belanda
Venue kami selanjutnya adalah WORM di Rotterdam, Belanda. WORM adalah yayasan berbasis nirlaba Rotterdam dan pusat budaya alternatif multi media yang berfokus pada seni media baru eksperimental, seni avant-garde, dan pergerakan bawahtanah, terutama musik dan film. WORM didanai oleh Bank Triodos dan dari pemerintah Belanda. Yayasan tersebut telah menerima Hadiah Budaya Pendrecht dan tempatnya merupakan bagian dari rencana kebudayaan Rotterdam. WORM menyelenggarakan festival dan konser, malam film, memuat label rekaman independen, serta sebuah stasiun radio. Bagian dari organisasi ini juga merupakan laboratorium media, ruang hackspace, dan studio musik.

Laboratorium media dan studio musik menjalankan program artis gratis untuk para seniman dan musisi eksperimental. Musisi eksperimental Lukas Simonis adalah perancang program residensi musisi untuk kepentingan perekaman studio. Artis yang pernah tinggal dan tampil di WORM adalah Tujiko Noriko, Toktek, Machinefabriek, Jørgen Teller, One Man Nation, Blevin Blectum, Kevin Blechdom, Joe Howe, Eugene Chadbourne, Lucas Crane, Jim Xentos, Knull, Ben Butler dan Mousepad, Colin Black , Harry Taylor, Stignoise, Hovatron, Martijn Hadir, Danielle Lemaire, dan yang paling familiar bagi bandung, tentu saja Iman Jimbot.

Selain tempat dan studio yayasan tersebut juga memiliki toko musik dengan latar kiri, film rumah seni dan buku tentang topik yang berkaitan dengan fokus budaya organisasi. WORM juga mengembangkan Web 2.0 Suicide Machine dan bekerja sama dengan International Film Festival Rotterdam, Puisi Internasional, Inkubasi, Bentuk Baru Negara Bagian-X, dan Museumnacht. WORM bermarkas di Achterhaven sampai 2010 dan tahun berikutnya pindah ke pusat kota Rotterdam. Kini WORM menempati gedung yang sebelumnya digunakan sebagai Museum Fotografi Nederlands di Witte de Withstraat.

Di WORM kami bertemu dengan kawan-kawan dari Indonesia seperti Hank yang malam itu juga tampil bersama Karinding Attack dan Uwalmassa memainkan perangkat DJ yang terutama menghadirkan musik tradisional Sunda yang atraktif semacam ajipongan, tarling, tayuban, dan sebagainya. Kami juga bertemu seniman muda Bintang Manira Manik yang saat itu sedang bersekolah di Rotterdam. Secara khusus kami memang sudah saling kontak dan janji bertemu dengan Bintang di Rotterdam.

 

A post shared by papay soleh (@papay_soleh) on

Bagi saya pribadi dan juga Karinding Attack, Bintang memiliki tempat yang istimewa. Sebelum Karinding Attack berdiri dan bahkan sebelum karinding menemukan momen kebangkitannya tahun 2008, Bintang bersama rekan-rekannya di Jendela Ide sudah mendirikan sebuah band bernama Karinding Collaborative Project yang walau hanya sekedar nama dan tidak menyertakan waditra karinding di dalam kemasan musiknya, namun membuat nama karinding saat itu menjadi lebih familiar. Saat pertama kali karinding menemukan momen kebangkitannya tahun 2008, Jendela Ide, ruang di mana Bintang tumbuh, juga ikut memberikan tonggak yang kuat bagi perkembangan karinding, terutama dalam momen Bandung Youth Fest 2009 dan Bandung World Jazz 2010 dan 2011.

Belakangan saat bersekolah di India, Bintang juga mulai memainkan jewsharp dan tampil di berbagai kesempatan memainkan waditra ini. Usai bersekolah di India, Bintang melanjutkan pendidikan musiknya di Rotterdam. Dan di kota ini pula akhirnya kami bisa bertemu kembali. Kami ngadu bako, bertukar kabar, makan malam bersama, dan nongkrong di sekitar WORM sambil menunggu Karinding Attack tampil. Tak seberapa lama, kawan kami Harm Linsen dari Amsterdam, Ricky dari Eindhoven, dan Anceu dari Amsterdam juga datang bergabung. Harm Linsen dan Ricky setahun sebelumnya juga merupakan orang-orang yang saya temui sepanjang program Karinding Goes To Europe 2016.

Karinding Attack kembali tampil memukau malam itu di depan sekitar seratusan audiens. Ditunjang dengan sisitem tata suara yang sangat bagus serta audiens yang juga sangat atraktif dan apresiatif, kami mendapatkan encore dua kali. Sungguh, ini merupakan pengalaman yang tidak bisa dilupakan mengingat ternyata daya apresiasi dari orang asing justru jauh lebih besar bagi musik seperti Karinding Attack dibandingkan di dalam negeri. kembali, ini menyuntikkan energi positif bagi Karinding Attack.

Panggung WORM merupakan panggung terakhir bagi Karinding Attack dalam rangkaian tur Europalia. Besok, kami harus berpisah. Karinding Attack akan ke Leiden untuk beristirahat sebelum akhirnya terbang ke Copenhagen, Denmark, untuk melanjutkan tur Raung Raya bersama Morphine Records dan tampil di sana; Megadeth, Ismet, dan Hendri harus pulang ke Indonesia, sementara saya ke Amsterdam untuk memulai program “Karinding Goes To Europe II 2017”.

Iman Rahman Anggawiria Kusumah

Penulis adalah musisi, sejarawan, rekreasioner, dan adiktivis.

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner