Spawning Snakegoat Seeds - Japan Tour 2018 (Personal Journal)

Spawning Snakegoat Seeds - Japan Tour 2018 (Personal Journal)



4 Juni 2018 (Osaka Journal)

Saatnya menghajar jalanan dan benar-benar menghajar jalan bebas hambatan dengan durasi hampir tujuh jam dalam mobil van yang disesaki instrumen musik dan personil dua band plus miko (soundman DeadSquad) dan Adi (dokumentasi). Kami berangkat dari penginapan sekitar pukul delapan pagi dan sampai di Osaka jam sekitar jam tiga sore. Tempat rangkaian tur pertama kami bernama Hokage, yang dimiliki dan dikelola oleh Tosh yang merupakan vokalis dari Palm (unit chaotic/grind asal Osaka yang cukup dikenal skala internasional, karena selain musik mereka yang memang mantap cover album kedua Palm digarap oleh Jacob Banon, vokalis Converge. Palm juga sempat satu label dengan Nails) dan seorang temannya yang ramah.

Hokage sendiri tidak terlalu besar, tapi berbagai band favorit saya pernah bermain di tempat itu seperti Blackbreath dan Nails dalam rangkaian tur Jepang mereka. Selain dengan Kandarivas, DeadSquad berbagi panggung dengan unit fastcore asal Osaka, Handsome Bob dan Cyberne yang menyuguhkan musik grindcore Japan style yang agresif dengan performa yang impresif. Yeah, kami bertemu banyak teman baru di Osaka dan merupakan start yang memompa mood untuk panggung selanjutnya. Ini merupakan panggung pertama DeadSquad dan The Kandarivas di Osaka, dan kami mendapatkan respon positif dari para audience dan aktivis skena di Osaka.

Sekitar jam 12 malam setelah mengemas booth merch dan mengangkut piranti musikal ke van sewaan saatnya rombongan kembali ke Tokyo dan kami kembali menghajar jalanan yang panjang nan lurus dan pada akhirnya kami sampai kembali di penginapan kami sekitar jam delapan pagi, hampir sama dengan waktu kami berangkat pada hari kemarin.

5 Juni 2018

Ini adalah waktu bebas. Ada personil yang melancong ke tempat wisata seperti Tokyo Tower dan berbagai tempat di seputar Tokyo. Saya sendiri pada hari bebas itu hanya menghabiskan waktu di berbagai Disk Union distrik Shinjuku dari jam 12 siang sampai jam 9 malam (sampai jam tutup toko) dengan hasil sekitar 100 CD di ransel dan 40-50 vinyl di genggaman kedua tangan saya. Mungkin, 35-40 kg beban saya pada hari itu, dan membawa belanjaan itu seorang diri ke penginapan rasanya tiga kali lebih melelahkan dibanding manggung, hahaha. Tapi, sebanding dengan kepuasan duniawi yang saya rasakan karena banyak bagian dari list rilisan fisik yang saya cari akhirnya saya dapati.


6 Juni 2018

Hujan mengguyur Tokyo dari bangun tidur sampai menjelang tidur. Menurut ramalan cuaca, badai Taifun akan bertandang ke Jepang. Tapi, hujan tidak mematahkan semangat saya dan rombongan untuk menuju Nakano. Ya, hari ini merupakan panggung kedua dari rangkaian tur kali ini. Nakano sendiri sebenernya tidak terlalu jauh dari penginapan kami di Den-En-Chofu yang terletak di pinggiran TOkyo dan memakan sekitar sekitar 15- 20 menit ke stasiun terdekat dengan berjalan kaki. Sebelum kami manggung, kami menyewa studio latihan untuk persiapan manggung di sebuah acara private di sebuah hotel keesokan harinya yang memang tidak dimasukan dalam rangkaian tur. Kelar latihan, kami langsung menerabas hujan menuju venue yang bernama Nakano Moonstep, salah satu tempat pegelaran musik hingar bingar yang cukup populer di distrik Nakano.

Tempat ini dikelola oleh member band d-beat punk Aspirin yang menjadi pembuka gigs yang dimulai sekitar pukul tujuh malam itu. Sehabis yang empunya tempat manggung, saatnya Kandarivas menghajar panggung. Di setiap rangkaian tur, saya bernyanyi untuk Kandarivas saat mereka memainkan lagu Sabotage. Setahun sebelumnya, saya memang sempat berkolaborasi untuk sebuah proyek EP The Kandarivas with Damag, di mana saya merekam vokal untuk lima lagu mereka dan juga memainkan FX untuk noise installation dalam EP yg dirilis dalam format kaset via label saya Alaium Records. Kaset tersebut didistribusikan di Jepang oleh mereka sendiri dan di indonesia oleh saya sendiri.

Setelah itu, ada salah satu band yang menyita perhatian saya, While the City Burns, sebuah unit grindcore dengan elemen chaotic yang cukup liar. Musik mereka mengingatkan saya akan Wormrot. Setelah mereka main mereka memberikan album mereka dan sebuah kompilasi garapan gitaris Unholly Grave, Grind Bastard Vol 12 yang berisikan band-band grindcore/powerviolence/goregrind/Hc-punk baru dan lama. Kompilasi yang cukup merepresentasikan skena tersebut di negeri asal anime.

DeadSquad unjuk taring terakhir, setelah sebelumnya band ala Motorhead dengan nama berhuruf Kanji yang tidak bisa saya baca bermain. Kami membawakan delapan lagu dengan setlist yg berbeda dengan panggung pertama, dan respon penonton di Nakano cukup liar dan positif. Volume penonton yang hadir hampir sama dengan panggung di Hokage, Osaka. Penjualan merch hari ini juga lumayan. Dalam seluruh rangkaian tur, saya juga bertugas sebagai penjaga lapak merch dan CD atau bahasa kerennya “merch guy”. Hal yang paling saya suka sebagai merch guy adalah bertemu teman lama dan bertambahnya teman baru melalui interaksi dengan mereka yang mengunjungi booth merch untuk berbelanja atau sekedar ngobrol-ngobrol. Pada momen kali itu, saya bertemu dan ngobrol cukup panjang dengan gitaris band black metal Jepang favorit saya, Abigail yang juga sempat bermain di panggung yang sama dengan DeadSquad pada Asakusa Deathfest 2016.

Waktu menunjukan jam setengah 12 malam dan saatnya berkemas-kemas, kembali menerobos hujan untuk mengejar kereta terakhir ke penginapan. Hujan tidak melunturkan kesenangan hari itu!

BACA JUGA - Spawning Snakegoat Seeds - Japan Tour 2018 (Personal Journal, Part 2)

Vokalis dari band death metal Ibukota, Deadsquad.
Owner dari minor label dengan genre musik heterogen Alaium Records, fokus merilis album band dalam format kaset.
alaiumrecords@gmail.com
www.facebook.com/alaiumrecords

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner