Pikirin Konten, Biar Nggak Impoten
Tak mudah menghibur semua orang dengan konten kita. Semua orang itu banyak, semua orang itu terlalu beragam, terlalu besar dan terlalu cuek untuk mau kita hibur. Kita perlu menanyakan, konten ini untuk siapa? Pilih segmen di antara kerumunan besar. Dalam merancang konten, kita perlu menanyakan "Untuk siapa itu?", atau "Segmentasi mana yang mau kita layani dengan konten kita?". Menurut Seth Godin, pakar marketing: "Berusaha memuaskan semua orang akan berujung pada kompromi, mulailah dengan pasar terkecil yang memungkinkan, berapa jumlah minimal publik yang perlu kita pengaruhi. Pilihlah orang yang paling terbuka terhadap pesan kita. Pasar terkecil yang memungkinkan, itu mendorong pertumbuhan kita, berkomitmenlah pada audiens kecil lebih dulu."
Mau tak mau, sebagai band wiraswasta tak bermajikan, kita adalah penulis, sutradara dan sekaligus aktornya. Di masa wabah ini, kita harus adaptif, kalau tidak kita mati. Kita harus mau jadi kreator untuk mendesain dengan menarik hidup kita. Dan dunia masih membutuhkan para visioner yang akan membentuk kisah baru, kita harus ambil bagian menuliskan dan membuat kisah itu.
Akun media sosial kita adalah peluang mempertontonkan konten, ide-ide, karya, drama, narasi, kisah, kontroversi, dan sensasi. Itu semua akan menghasilkan perhatian di dunia maya, yang pada akhirnya memicu aksi di dunia nyata. Internet kini ngasih kesempatan kepada setiap anak band, untuk menjadi seorang jenius media. Melalui berbagai kanal digital yang kita miliki, kita berusaha menciptakan sudut pandang berita, menyebarkan isu, agar orang mau bergunjing, menyulut gosip, memicu desas-desus dan membangkitkan publisitas tentang band kita.
Comments (0)