Mengurai Mimpi dari Soreang ke Jerman (Bagian Satu)
Hellcrust
Foto didapatkan dari Hellcrust
Tempo hari, Hellcrust sempat merilis single bertajuk “Rimba Khalayak” yang membahas kegaduhan warganet di “kanal penghakiman” alias media sosial. Itu materi musik teranyar Hellcrust yang sekarang tinggal berempat dengan satu lini gitar saja. Memang, karakter musik Hellcrust tidak banyak berubah. Masih di frekuensi yang sama dengan pokok-pokok kecadasan di album terakhirnya, Kalamaut (2016). “Rimba Khalayak” cukup mengingatkan dengan katalog musik Hellcrust yang megah, menggelegar dan berdaya ledak tinggi. Ada rumus bahwa penulisan lirik yang bermutu adalah senjata rahasia bagi musik yang baik pula. Hellcrust tampaknya sudah paham banget soal ini. Buktinya, mereka cukup cerdik meramu dua klasifikasi langka tersebut. Kita bisa dengar vokalis Japs berteriak lantang seraya menggeramkan bait orasi yang tajam. Pula setiap instrumen yang juga bermain intens: gitar yang merongrong, serta deru bas dan drum yang powerful. Saya sudah tertarik pada band ini sejak album Kalamaut yang menggigit dan sarat amarah itu. Menyimak Hellcrust – di sesi rekaman maupun live – mungkin mampu memicu adrenalin dan menambah kegeraman pada kekacauan di sekitar. Persis seperti yang pernah mereka sumbarkan tiga tahun lalu: “Kami selayak hulu ledak yang mencari panas / Menghantui setiap sinis dengan ancaman maha ganas / Api tersulut berkobar berdansa liar menyambut Kalamaut...”
Simak video musik "Rimba Khalayak" di sini:
Comments (0)