Mengapa Saya Menggawat-gawatkan Black Metal? (Bagian 1)

Mengapa Saya Menggawat-gawatkan Black Metal? (Bagian 1)

Lalu, apa hal itu jadi masalah? Bisa diartikan begitu! Setidaknya bagi saya dan kawan-kawan penggiat skena black metal di Indonesia saat ini. Jika kita mampir ke suatu zaman, ketika seseorang bernama Euronymous pernah menegaskan bahwa istilah black metal bisa diterapkan ke pelbagai jenis metal, asalkan “satanik” dan “heavy”. Tambahnya, kalau sebuah band mendalami dan memuja setan, mereka itu black metal.

Apa yang hendak dikatakan oleh mendiang dedengkot Mayhem ini; yang menjadikan sebuah band itu black metal adalah satanisme. Menariknya, ketika ditanya soal Venom sebagai sebuah band yang pertama kali menggunakan istilah black metal dan hanya menggunakan satanisme sebagai gimmick, ia berujar bahwa apa yang ia percayai itu berbeda dari apa yang dinyatakan Venom. Jadi, ini semata soal penafsiran.

Dalam hal ini, saya singgung juga sedikit soal tentang kesintingannya yang setelah menemukan jasad Per Ohlin atau Dead yang baru saja mampus menembak kepalanya sendiri. Alih-alih lapor ke tetangga atau polisi, dia sempat-sempatnya beli sebuah kamera, lalu mengatur pose jasad rekannya sedemikian rupa dan memotretnya. Dari situ lah, timbul satu mata rantai sejarah black metal dari sisi terkelamnya.


Per Yngve Ohlin a.k.a Dead (Mayhem) - Foto: www.metalinjection.net

Euronymous membangun gambaran durjana Mayhem dan mengklaim bahwa vokalisnya itu melakukan bunuh diri karena death metal sudah semakin “trendi” dan dikomersilkan. Habis itu, menyebar pula beragam rumor, baik tentang dia yang membagi-bagikan potongan tulang rekannya ke beberapa musisi, hingga membikin sup dari sebagian otak Dead.

Cuma, banyak yang mengabaikan sisi lain dari glorifikasi kisah bermulanya black metal di dataran Norwegia pada awal tahun 1990-an itu. Misal, rekannya, Necrobutcher yang berpendapat kalau perbuatan memotret jasad Dead lalu memamerkan ke publik sebetulnya adalah cara untuk mengatasi rasa syok akibat menyaksikan kematian kawannya. Euronymous dianggap kelewatan membangun dan hidup di dunia fantasinya.

Kematian Dead oleh Euronymous diolah sedemikian rupa dalam narasi black metal yang terobsesi dengan setiap hal berbau satanik dan kegelapan. Bahkan, ada yang bilang bahwa setelah kasus bunuh diri itu, Euronymous berupaya menjadi seekstrim yang ia bicarakan.

Padahal, kasus bunuh diri itu malah merobek hubungan pertemanan dengan rekan-rekan satu band dan sebagian lingkaran yang merasa jengah dan jijik pada perilakunya menyikapi kematian Dead. Akhirnya, Mayhem waktu itu cuma tersisa dua orang. Euronymous sebagai gitaris dan drummer-nya. Habis itu, mereka sempat merekrut seorang vokalis plus bassis yang tak berdurasi panjang karena minggat setelah diancam mati oleh Euronymous. Disusul pula oleh Varg Vikernes yang gabung, namun akhirnya masuk bui setelah didakwa membunuh Euronymous serta membakar beberapa gereja di Norwegia.

OK, cukup itu saja ya pembahasan yang lama kelamaan jadi kvlt itu. Sisanya, bisa cari di sumber-sumber lain. Mengapa sih saya sampai harus menceritakan ulang itu? Hubungannya apa dengan yang sedang ingin saya omongin dengan ngait-ngaitin Mayhem sama vokalisnya Behemoth yang jadi salah satu juri idola pop itu? Seandainya Mayhem tidak merintis atau menciptakan black metal, apakah mereka akan menciptakan bentuk musik yang lain?

Sekali lagi, Euronymous yang merupakan gitarisnya Mayhem pernah mengatakan bahwa black metal itu bukan musik, melainkan teror. Beberapa penjelasan tadi setidaknya sudah bisa membingkai dan memberikan gambaran perihal ujaran tersebut. Tapi bagi saya, dan sekali lagi saya tegaskan, bahwa black metal adalah sebuah pergerakan, movement. Ada yang jauh lebih mendalam tentang musik atau skena ini. Lebih substantif? Lebih filosifis? Tidak serumit itu sebenarnya. Hanya saja, lebih gawat ketika sudah sampai di sini. Di zaman ini, di negeri permai ini.

Hernandes Saranela

Hernandes Saranela merupakan pembuat film personal di bawah bendera kolektif Cinemarebel Yogyakarta. Vokalis dari band Punk DEMSTER & band Pagan Metal ENUMA ELISH. Juga menjadi pengajar film dan akting di salah satu kampus di Jogjakarta.

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner