Lagu Paling Norak Sejagat

Lagu Paling Norak Sejagat

Jika ditanya lagu apa yang terkeren sedunia barangkali tiap orang punya jawaban beragam. Tergantung selera pribadi. Sering berhubungan erat dengan memori. Menurut majalah Rolling Stone—500 Greatest Songs of All Time—tembang terbaik di muka bumi adalah “Like a Rolling Stone” yang diciptakan dan dinyanyikan oleh Bob Dylan.

Billboard memposisikan “The Twist” oleh Chubby Checker sebagai jawara Greatest of All Time Hot 100 Songs.

“I Am The Resurrection” karya Stone Roses dihadiahi gelar kampiun 100 greatest songs ever oleh NME.

Sementara itu beberapa media lainnya silang pendapat soal lebih hebat mana “Bohemian Rhapsody” atau “Stairway to Heaven”.

Etapi tahukah kawan DCDC gita paling garing yang pernah ada itu apa?

Tentu ada bejibun nyanyian nista yang beredar atau pernah kita dengar. Tapi ini mengkhusus pada yang tenar, dikenal luas, meraih peringkat prestisius. Barangkali membeludak yang setuju bahwa dendang-dendang dari Kenny G memang sepantasnya berakhir menjadi sekadar elevator songs alias lagu latar yang kerap diperdengarkan di dalam lift. Disukai berbagai lapisan masyarakat. Diperdengarkan di mana-mana. Terus menerus. Tereksploitasi tanpa henti. Hingga akhirnya muak dan membangkitkan antipati.


Foto Kenny G dan Michael Bolton dipinjam pakai dari akun Pinterest Angela (Marlin) Shin

Bagi saya pribadi, berlimpah tembang cemar yang sulit untuk sudi saya konsumsi. Lucunya, tiga di antaranya disenandungkan oleh vokalis bergaya rambut mullet: “Achy Breaky Heart” oleh Billy Ray Cyrus, serta nyaris semua rilisan Kenny G dan juga kembarannya, Michael Bolton. Jika dirujuk kepada dasar hukum maka mereka trio tadi divonis bersalah telah melakukan perbuatan tercela. 

Pula saya sungguh heran mengapa “Cotton Eye Joe” milik Rednex disukai. Apalagi New Kids on the Block—beserta legiun boy band lainnya. Saya bukan hanya nihil kecintaan pada “Hangin’ Tough”. Malah nyaris semua top hits mereka. NKOTB seyogianya diperkarakan di pasal perbuatan tidak menyenangkan.

Yang menggelisahkan, “senjata makan tuan” pernah saya alami sehubungan dengan Jonathan dan Jordan Knight. Suatu kala saya menghadiri pesta Back to 90s. Dan “Hangin’ Tough” diputar kencang memekakkan telinga. Audiens—terutama kaum perempuan—jejeritan pecicilan kompak bak vokal grup dadakan riang ria menyanyikannya. Saya spontan manyun merengut, mundur dari lantai dansa, merapat ke bar di pojok belakang. Hilang minat untuk melanjutkan malam yang tadinya ceria. Pulang, ah. Sampai di rumah, membersihkan diri sebelum berangkat tidur. Di kamar mandi, saat membasuh badan, tanpa saya sadari, mulut saya komat-kamit menembangkan “Hangin’ Tough”.

Listen up everybody if you wanna take a chance
Just get on the floor and do the new kids' dance…

Duh gusti. Kzl.

Rudolf Dethu memiliki beragam profesi. Mulai dari manajer band, penulis buku, jurnalis, pengamat musik, aktivis gerakan sosial kemasyarakatan, koordinator program kesenian, sempat menjadi penyiar radio cukup lama, pun menyandang gelar diploma di bidang perpustakaan segala.

Pernah ikut menyelenggarakan salah satu festival industri kreatif terbesar di Indonesia, Bali Creative Festival, selama 2 tahun berturut-turut, namanya mulai dikenal publik setelah turut berperan membesarkan Superman Is Dead serta Navicula.

Belakangan ini Dethu disibukkan utamanya oleh 3 hal. Pertama Rudolf Dethu Showbiz, band management yang mengurusi The Hydrant, Leanna Rachel, Manja, Athron, Leonardo & His Impeccable Six, Negative Lovers, dan Sajama Cut. Kedua Rumah Sanur - Creative Hub di mana ia menjadi penyusun program pertunjukan musik dan literatur. Ketiga MBB - Muda Berbuat Bertanggungjawab, forum pluralisme yang mewadahi ketertarikannya pada isu kebinekaan dan toleransi.

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner