Kidung Rindu Dari Penjuru

Kidung Rindu Dari Penjuru

Ya, selalu ada kerinduan di balik nyanyian keras, lantang seolah tak bernada, dan jauh dari irama. Nyanyian yang mengekpresikan diri tentang kebebasan, menyuarakan ideologi, atau bahkan menyampaikan budaya ketimuran ala anak-anak muda saat itu, disertai cabikan dan riff gitar yang berat serta gebukan drum yang tak beraturan namun dengan ritme dan skill di atas rata-rata. Hobi dan musik kami memanglah sangat berbeda dengan anak-anak muda lainnya saat itu, bahkan penampilan kami pun membuat orang-orang di sekeliling kami cenderung mencibir. Tapi, tak apa, kami tak peduli itu. Inilah kami, dan kami akan merindukan saat itu, kami dari sudut-sudut negeri, kami dari penjuru kota Jawa Barat, kami dari Garut. Inilah “DIAMOND CITY HARDSIDE” (salah satu judul lagu dari Holocaust, band hardcore asal GARUT)

Berbicara tentang pergerakan musik-musik cadas sendiri, Garut adalah kota yang sering memutarkan musik-musik keras di beberapa stasiun radio lokal. “Masih teringat jelas suara Bang Chiko, salah seorang presenter musik di stasiun radio lokal Garut yang selalu memutar lagu dari band seperti Kreator, Sepultura, Metallica, Slayer, Testament, dan Exodus di sekitar awal tahun ‘90an,” ujar Asep Sanjay, Gitaris Tormentor (1991-1994) dan Endless Pain. “Di akhir acara, Bang Chiko selalu memutar lagu kesukaan saya, seperti lagu dari Iron Maiden, Skid Row dan Motorhead,” ungkap Denny Emoh, Gitaris T.U.T.A.B dan bassist Holocaust. Semenjak itu pula, mulai muncul banyak tongkrongan anak-anak muda, seperti di Jalan Siliwangi, sekitar pertokoan Jalan Ahmad Yani, Ciwalen, Pajagalan, Loji, juga daerah lainnya.

Dari sana, muncul komunitas bernama Kabut Enterprise, Utari Enterprise. Inilah cikal bakal munculnya beberapa band-band underground dan pergerakan musik indie di Garut, sebut saja T.U.T.A.B dengan Tai Anjing Record yang merilis album pertamanya bertajuk Anarchy’s The Destroyer dalam versi kaset di tahun 1995, atau mini album Holocaust bersama Noise Record yang bertajuk In Your Head, dan Vazaratan Corpse dengan VZR Recordnya yang merilis Wabah Kematian di tahun yang sama. Tahun tersebut adalah masa keemasan pergerakan musik underground khususnya dan musik indie pada umumnya. Ini adalah permulaan yang baik, karena beberapa band yang hadir saat itu masih eksis hingga hari ini, seperti T.U.T.A.B, Holocaust, Lipstik, Nuklir, Overdosis, Afterdeath, Endless Pain, Zihad, Mulasara, Abizu, Diasol, Rohmayit, Istigosah, Kalimanjaro, dan lain-lain.

Pada tahun tersebut pula, Kabut Enterprise menyelenggarakan event pertama yang diberi nama “Gado-Gado 1”. Acara ini diselenggarakan di Gedung Serbaguna Cikuray. Pada era yang sama, band-band Kabut Enterprise banyak yang mulai memberanikan diri untuk berbaur dengan komunitas di luar kota, bahkan tampil di acara di luar kota. Tahun 1994, Tormentor (Asep Dempet – gitar, Afif – bass, Han-han – drum, Ali – vokal) tampil di Gor Saparua. Adalah suatu prestasi tersendiri untuk kami bisa tampil di Gor Saparua, Bandung.

Yusep Kurniawansyah

Yusep Grindrice adalah seorang penggiat komunitas musik di Garut yang aktif sejak tahun 1994. Ia pernah menjadi ketua acara dalam aktivitas musik di Garut dan terlibat dalam sejumlah acara, seperti Bandung Death Fest di tahun 2006 dan 2007.

View Comments (2)

Comments (2)

  • ediwinanto
    ediwinanto
    5 Feb 2018
    HAIL GARUT \m/
  • tcukimin
    tcukimin
    5 Feb 2018
    Mantap souls
You must be logged in to comment.
Load More

spinner