Kepada Bunga yang Tumbuh di Beton

Kepada Bunga yang Tumbuh di Beton

KALA – Litany of Dissonant Souls

Demonic duo yang terdiri dari Daniel Mardhany (DeadSquad) dan Arbja (eks Spider's Last Moment) sudah pasti diwarisi selera akan kebengisan Mayhem, Emperor, Satyricon, hingga Dissection. Konon mereka memang membentuk KALA karena referensi musikal yang sama. Litany of Dissonant Souls dirilis oleh Resting Hell Records dan Alaium Records, dengan artwork garapan Morrg (Rajasinga). Musik black metal yang mereka mainkan bisa ditelusuri kuat akan pengaruh Deathspell Omega dan Watain. Sesekali ada kebrutalan unsur death metal klasik dari Morbid Angel, Incantation atau Immolation. Saya sendiri terkesan akan penulisan liriknya yang menggunakan bahasa Sumeria – yang konon dilakukan Daniel karena terinspirasi buku The Necronomicon karya H.P. Lovecraft. Memang tidak banyak album black metal di negeri ini, tapi sekalinya ada cukup mencuri perhatian.

 

Kief – Cosmic Suplex

Kief menawarkan komposisi instrumental psych rock/metal yang agak jarang ditemui di blantika musik cadas Indonesia. Apa yang mereka mainkan hanya berbasis pada gitar, bass, dan drum. Hasilnya adalah perjalanan musikal yang nirkata. Tapi bisa tetap terdengar terjal dan berliku. Sound-nya disetel agak berat, cenderung doomy. Kadang terselip juga melodi yang manis dan hook yang menempel ketat. Plus repetisi beat yang mungkin agak menghipnotis. Sementara drum-nya terus berjalan sembari menyambar set cymbals di sana-sini. Kalau anda menyukai Zombi, Don Caballero, Ex Eye, hingga Neurosis, rasanya bisa menikmati Cosmic Suplex dengan haru. Musik seperti ini mungkin tidak bisa sekali kerja di telinga atau pikiran. Saya butuh banyak rotasi CD ini untuk menantang rasa penasaran dan memaku keyakinan. Petualangan musikal mereka juga diwakili oleh imej spacey yang digambarkan luas dan sepi. Misterius. Jika di sini Kief bisa bermain dengan sabar dan teguh, saya pikir anda juga kudu mendengarkan dengan cara yang sama. Mengutip saran kawan saya, yang penting telaten.

 

Narcholocos – La Manifestación

OK, dari namanya sudah cukup intimidatif dan mencurigakan. Narcholocos memainkan musik yang cepat dan kasar dalam pengaruh band hardcore punk Amerika Latin era ‘90-an macam Los Crudos dan Huasipungo. Mereka juga memakai judul dan lirik berbahasa Spanyol yang simpel serta to-the-point. Tentu saja saya tidak paham artinya, tapi konon mereka bicara soal pelarangan minuman beralkohol oleh pemerintah, inisiatif cah-cah Yogya yang bikin fermentasi berbahan dasar buah-buahan, hingga tentang jaringan skena hardcore punk di lingkungannya. EP ini digarap secara live recording di Melody Studio (Yogya) demi menggaransi tata suara yang organik. Mendengarkan empat lagu yang terangkum dalam La Manifestación memang terlalu singkat. Brengseknya, setiap track tidak ada yang mencapai durasi semenit. Mungkin butuh diputar berulang kali agar dapat merasakan energi dan amarah mereka. Coba sambil ikat bandana di kepala.

 

Sharkbite – “Seized”

Sharkbite belakangan menjadi delegasi hardcore yang cukup produktif dari kota Malang. “Seized” yang menampilkan Bagas (Noose Bound) ini merupakan single yang diambil dari Future Is Bleak EP terbitan GR8DAY Music (2018). Dengan potongan lirik seperti “Holding myself to realize what i want / This pain in my chest / Give me strength to moving on / Stay true / To make conclusion / With truth, no lies / No more rush / And never look back...” kita sudah paham apa yang sedang mereka bicarakan di lagu ini. Masih berkisar soal semangat positif dalam menjalani hidup, keputusan untuk berani melangkah, dan menolak jadi pecundang. Oke, itu memang tema yang umum di sirkuit hardcore manapun. Jangan bosan dulu. Untungnya Sharkbite punya kualitas produksi musik yang cukup mumpuni. Hasilnya, riff-riff yang solid dipadu irama beatdown yang menghentak. Enerjik. Saya tidak punya rujukan selain Hatebreed dan Comeback Kid untuk menggambarkan musik mereka. Semoga tidak terlalu salah.

 

Suri – Waham

Saya meringis tatkala Suri datang dengan tiga keping cakram sekaligus dalam satu album yang dikemas eksklusif bak boxset. Waham disusun dalam alur tiga babak yang masing-masing memiliki pendekatan berbeda. “Delusional” berisi empat lagu bergaya stoner rock tradisional khas Selatan Amerika macam Kyuss, Fu Manchu, atau QOTSA. Sementara “Paraphrenia” menyuguhkan sisi eksperimental Suri, dengan tiga komposisi instrumental yang mengingatkan pada Earth atau Boris. Ditutup dengan babak “Confabulation” yang lebih menyeret dan abrasif. Agaknya ada asupan doom dan sludge seperti yang biasa dimainkan Eyehategod, Sleep atau Electric Wizard. Dari sisi musikal hingga visual, album ini begitu kaya raya, digarap serius dan penuh ambisi. Suri mengajari kita bagaimana memainkan variasi musik rock yang berat tanpa harus terjebak pada pola riff Sabbathian yang begitu-begitu saja. Waham sudah seperti kapita selekta stoner rock yang paling mendasar dan komplit di segala suasana. 

Samack lahir dan tumbuh di kota Malang. Sempat menerbitkan Mindblast Fanzine (1996-1998) dan situs musik Apokalip (2007-2010). Tulisannya seputar musik dan budaya pop pernah dimuat di Jakartabeat, The Metal Rebel, Rolling Stone Indonesia, Vice Indonesia, Marning Magz, Whiteboard Journal, GeMusik, serta berbagai media lainnya. Sesekali menjadi editor untuk sejumlah buku dan penerbitan. Saat ini beraktivitas di bawah institusi Solidrock serta mengelola distribusi rekaman bersama @demajors_mlg.

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner