Kepada Bunga yang Tumbuh di Beton

Kepada Bunga yang Tumbuh di Beton

Berikut sejumlah rilisan cadas yang menurut saya cukup seru dan menarik untuk disimak:

AK//47 – Loncati Pagar Berduri

Album ini dilepas akhir tahun 2018 lalu oleh Lawless Records dengan distribusi luas dari demajors. Menurut saya, AK//47 menggambarkan distopia kekinian yang cukup akurat. Menggarap tema dan lirik di negerinya Donald Trump tampaknya memberi dampak bagi Garna Raditya dkk ketika melihat banyak pola “kedunguan” serupa dengan yang terjadi di tanah air. AK//47 melanjutkan tradisi grindcore yang singkat dan padat dalam usungan isu serta penulisan lirik yang paling baik di genrenya. Album seperti ini mampu menambah nyali kita menghadapi politik kotak suara, ayat-ayat radikalisme, atau segala bibit fasisme. Loncati Pagar Berduri memang tergolong nekat dan berani, juga beresiko mengakibatkan luka dan lecet-lecet. Tapi mungkin itulah hidup yang lebih layak untuk dijalani, dengan gagah berani. Grind on.

 

Cloudburst – Cloudburst

Ketika tempo hari kita justru lebih sibuk memperdebatkan siapa yang lebih “punk” antara punk dan dangdut koplo, album ini justru diputar kencang oleh situs majalah metal kesohor Decibel dan nyaris luput dari pantauan meja redaksi media domestik. Album self-titled terbitan Samstrong Records ini terdengar lebih kelam dari materi Cloudburst sebelumnya. Seperti meminjam alur akrobatik Converge dan kepekatan Trap Them dalam satu cawan. Musik hardcore dan metal ternyata bisa dipacu lebih gelap daripada jaringan listrik yang padam di Bulaksumur. Coba arahkan spotlight ke band ini, saya khawatir anda melewatkan pesona mereka. Highly recommended.

 

Disinfected – Hordes of the Infected

Veteran death metal ini masih setia mengusung tema-tema kebrutalan yang sarat akan metafora darah dan daging. Imej zombi yang bertaburan bikin saya curiga kalau Amenk dkk doyan nonton serial Walking Dead. Namun mereka tak perlu jauh-jauh mencari inspirasi tema. Sebab mereka sudah hidup di negeri yang horor penuh dengan teror dan koruptor. Alhasil, lirik-lirik di sini justru terbaca lebih riil dan politis. 12 nomor dibangun oleh komposisi oldschool yang kuat – komplit dengan riff gitar yang groovy serta vokal deep growl yang menakutkan. Terdengar rapat dan beringas. Para penyuka Cannibal Corpse, Broken Hope, atau Suffocation pasti girang mendengarkan Hordes of the Infected. Saya pikir pilihan tepat untuk mengkover “Trauma”, lagu bersyair paling suram milik God Bless. Saya cukup menikmati segala “kengerian” yang mereka suguhkan di sekujur album ini. Sampai hari ini belum ada versi digitalnya, jadi silakan diburu CD-nya.

 

Hellcrust – “Rimba Khalayak”

Ini materi anyar Hellcrust yang sekarang tinggal berempat dengan satu lini gitar saja. Efeknya agak terasa tanpa duet gitar yang biasanya berbagi riff dan terdengar lebih tebal. Memang karakter musik Hellcrust tidak banyak berubah. Sejak intro, “Rimba Khalayak” sudah mengingatkan pada “Kalamaut”. Lantas disambut dengan komposisi musik yang menggelegar dan berdaya ledak serupa. Vokalis Japs tetap lantang berteriak seraya menggeramkan bait orasi yang tajam. Setiap instrumen juga bermain intens. Cuma itu saja, saya merasa agak kehilangan satu sayap gitar. Konon, “Rimba Khalayak” mengangkat fenomena era digital dan media sosial perihal maraknya isu SARA, ekploitasi seksual, hingga berita hoaks di internet. Saya mulai menyukai band ini sejak album terakhir mereka yang menggigit. Tidak sabar menanti bagaimana formula “kemarahan” Hellcust di album selanjutnya. 

Samack lahir dan tumbuh di kota Malang. Sempat menerbitkan Mindblast Fanzine (1996-1998) dan situs musik Apokalip (2007-2010). Tulisannya seputar musik dan budaya pop pernah dimuat di Jakartabeat, The Metal Rebel, Rolling Stone Indonesia, Vice Indonesia, Marning Magz, Whiteboard Journal, GeMusik, serta berbagai media lainnya. Sesekali menjadi editor untuk sejumlah buku dan penerbitan. Saat ini beraktivitas di bawah institusi Solidrock serta mengelola distribusi rekaman bersama @demajors_mlg.

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner