Kenapa Harus Hantu?

Kenapa Harus Hantu?

Foto di atas didapatkan dari akun Instagram Risa Saraswati (@risa_saraswati).

Tak jarang orang bertanya kepada saya, kenapa harus hantu? Apakah ini salah satu strategi marketing agar dianggap unik dan berbeda?

Mari sini, duduk di dekat saya. Akan coba saja jelaskan lagi agar paham kenapa harus hantu.

Mungkin memang kebanyakan orang berkarya tentang cinta, kehidupan, interaksi dengan lingkungan dan mahkluk hidup di sekeliling. Karena hal itu adalah keseharian yang dia hadapi, dia lalui, dan dia jalani sepanjang hari. Kebanyakan memang menceritakan pengalaman dalam karya-karya yang dibuatnya. Tapi ingat, sebuah karya, entah itu karya tulis ataupun karya musik, tak melulu soal kebanyakan.

Karya, adalah sebuah kebebasan.

Saya, adalah salah satu orang yang tak bisa menceritakan secara bebas kisah-kisah hidup saya kepada orang lain. Sebelum merambah dunia penulisan, terlebih dahulu saya tuangkan isi kepala ke dalam coretan-coretan tangan berupa puisi. Entah sejak kapan tiba-tiba puisi itu bermetamorfosa menjadi lirik untuk mengisi lagam-lagam lagu yang sebelumnya saya rekam dalam perangkat telepon genggam.

Kembali lagi kepada kebebasan. Dalam tulisan-tulisan itu saya seperti diberi ruang kosong yang bisa dengan santai saya warnai sesuai keinginan. Terkadang hitam, lalu putih, berwarna, lantas abu. Sesuka hati, tanpa memikirkan bagaimana kelak orang lain bereaksi saat masuk ke dalam ruang-ruang itu.

Sama seperti yang lain, dalam ruang itu, saya menceritakan segala sesuatu yang terjadi pada diri saya. Sayangnya, semua soal hantu. Tak semudah itu meyakinkan orang lain untuk memercayai pengalaman-pengalaman tak masuk akal, apalagi tentang hantu. Percaya atau tidak, sebuah pengalaman hanya mampu dirasakan oleh orang yang mengalaminya. Sama seperti orang yang jatuh dan terluka, yang takaran sakitnya hanya bisa dirasakan oleh orang itu saja... Bukan orang yang menonton atau bahkan mengobatinya.

Namun ruang-ruang berupa kertas dan mesin tik ini berbeda, mereka tak pernah protes terhadap apa yang saya ceritakan. Saat menulis, hanya ada saya, isi kepala, dan “mereka” yang kelak saya tuangkan dalam karya. Tak ada orang lain, apalagi pemikiran bagaimana reaksi orang lain terhadap apa yang hendak saya tulis.

Seseorang pernah berkata kepada saya, “Buatlah karya dengan hatimu, bukan dengan mata dan telinga orang lain. Karena yang berurusan dengan hati, akan langsung menuju ke hati.”

Saya membenarkan rangkaian kata sederhana itu.

Tanpa berpikir terlalu jauh, saya membuat beberapa lagu dari coretan-coretan puisi yang sebelumnya saya tulis. Atas desakan teman, saya coba menjual lagu-lagu itu dalam kepingan CD audio. Terbatas saja, untuk kawan-kawan dekat, atau keluarga yang pasti merasa kasihan dan mau tak mau membeli karya saya walau terpaksa.

Mana tahu, ternyata orang suka.

Partime singer, partime writer, & partime ghosthunter

View Comments (1)

Comments (1)

  • Antyudiar
    Antyudiar
    18 Nov 2018
    Selalu suka dengan cara penulisan teh risa. Sangat bagus rangkaian kata dan maknanya selalu sampai. Setuju sekali sesuatu yg dibuat dengan/dari hati pasti akan sampai ke hati ❤️ Sukses selalu teteh yg selalu menginspirasiku
You must be logged in to comment.
Load More

spinner