Kaliyuga dari Sudut Pandang Terlaknat!

Kaliyuga dari Sudut Pandang Terlaknat!

"Oh Tuhan, ku ingin mati! Ke surga, bercumbu denganmu! Bawa aku ke neraka! Bakar aku bersama nafsu!"

Ini adalah salah satu penggalan lirik depresif tersarkas yang pernah saya baca dan dengar berulang kali di skena lokal. Barisan kata tersebut adalah penggalan lirik "Terlaknat”, yang ditulis oleh Addy Gembel pada tahun 2000. Lagu ini dimuat dalam full album Forgotten, Obsesi Mati yang dirilis dalam format kaset via Extreme Souls Production.

Sejak saya mendengarkan album Obsesi Mati yang merupakan album penuh perdana dari band asal Ujungberung ini, saya sadar akan vitalnya sebuah lirik untuk sebuah unit death metal. Mungkin, bagi sebagian orang lirik adalah hal yang dinomorduakan dalam musik death metal. Tapi, bagi saya lirik sama vitalnya dengan musik.

Setiap Forgotten mengeluarkan album, yang pertama saya lihat adalah guratan lirik yang ditulis sang vokalis. Pasca EP pertama, Future Syndrome yang dirilis Palapa Records pada medio 1997, Forgotten lebih dominan dengan judul lagu dan lirik dalam bahasa pertiwi di setiap album mereka

Ku makan busuknya hati, ku hirup pantat kebencian. Nilai moralitas benci akan diri, terjepit norma tercekik adat. Tertawa gila redam nyeri.

Addy Gembel merupakan salah satu vokalis death metal influential bagi saya pribadi, dan mungkin bagi banyak vokalis di skena lokal lainnya. Gembel dengan lirik-lirik sarkasmenya membuat lirik dalam death metal menjadi sepenting musik itu sendiri.

Dengan artikulasi yang jelas dan karakter vokal middle growl penuh amarah dan lantang ala Brett Hoffman (Malevolent Creation), lirik dan musik Forgotten menjadi lebih "membakar". Tidak banyak band death metal yang bisa menciptakan sing along penonton saat konser, dan Forgotten berhasil melakukan itu. Hal tersebut karena lirik dan pattern vokal yang menjadi trigger penonton untuk berteriak dan menyerapah bersama.

Gembel membawa lirik di musik ekstra cadas menjadi setara tingkatnya dengan musik. Tidak sedikit yang menganggap lirik dalam death metal adalah sekunder, dan musik adalah sesuatu yang lebih primer. Bagi saya sebagai penulis lirik di liga yang sama: death metal, lirik adalah bagian yang sama esensialnya dengan musik. Musik yang jahat, dibalut dengan lirik yang sinis akan menjadi simbiosis mutualisme, dan menciptakan lagu yang terdengar lebih bagus, setidaknya bagi saya secara subjektif.

Nilai lebih bagi Forgotten dan Addy Gembel khususnya adalah lirik dengan bahasa Indonesia. Mereka membuat lirik tersebut terdengar lebih impresif, di mana kala itu lirik - lirik dalam bahasa Inggris pas-pasan mendominasi album-album band death metal lokal. Addy Gembel beraksi dengan lirik bahasa Indonesia, dan bagi saya lirik dalam bahasa Indonesia lebih mengena.

Untuk sebagian orang, menulis lirik dengan bahasa Indonesia terbilang sulit, ketika mereka harus merangkum kata-kata yang tidak terdengar “norak” dan “dangkal”. Pemilihan diksi dan kata-kata yang tepat adalah suatu tantangan tersendiri dalam menciptakan lirik menggunakan bahasa Indonesia, yang dibalut dengan musik ekstra cadas.

Vokalis dari band death metal Ibukota, Deadsquad.
Owner dari minor label dengan genre musik heterogen Alaium Records, fokus merilis album band dalam format kaset.
alaiumrecords@gmail.com
www.facebook.com/alaiumrecords

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner