Kaliyuga dari Sudut Pandang Terlaknat!

Akhirnya, ini menstimuli saya secara langsung untuk lebih dominan menulis lirik dalam bahasa Indonesia untuk berbagai macam band saya, baik yang sudah bubar maupun yang masih aktif. Khususnya Deadsquad, saya menulis lirik yang didominasi oleh bahasa pertiwi, ketimbang bahasa asing.

Saya menganggap bahwa analogi lirik dan musik seperti menonton film dengan scoring yang menciptakan suasana, atau dengan kata lain membuat adegan dalam film terasa lebih hidup dan membangun suatu atmosfer untuk scene-scene tertentu. Ini membuat film menjadi lebih dramatis, hiperealitas dan lebih bernyawa .

Kembali pada Forgotten. Salah satu kejutan bagi saya adalah dua lagu lama mereka, yaitu  “Obsesi Mati” dan “Terlaknat” diaransemen ulang di album terbaru Forgotten yang berjudul Kaliyuga. “Terlaknat” diciptakan oleh Ferly (Jasad), yang sebelumnya juga merupakan bagian dari divisi dawai Forgotten. Ia terlibat pada EP Future Syndrome dan single “Broken Mind” yang termuat dalam kompilasi Independent Rebel, dan kemudian diaransemen ulang oleh Zoteng sebagai formasi termutakhir dari Forgotten.

“Terlaknat” adalah lagu favorit saya sepanjang masa eksistensi band ini. Ketika pertama mendengar lagu ini, saya masih mengenakan seragam putih-biru, sekitar kelas satu atau dua SMP. Saya membeli dan memutar kaset Obsesi Mati berulang kali. Saat itu, saya cukup shock sekaligus kagum dengan lirik-lirik yang tergurat di album tersebut.

Di salah satu album yang paling saya tunggu tahun ini (Kaliyuga) yang dirilis oleh SEM Records, Samarinda, lagu kesukaan saya kembali terdengar dengan ruh dan “raga” yang baru. Tidak sekasar versi awalnya, tapi lebih bernuansa karena didaur ulang dengan balutan string section yang pas. Lirik Addy Gembel tetap membuat saya terkejut dan menstimuli saya untuk terus menulis lirik dalam bahasa Indonesia, dengan asas kebencian, depresif, gusar, dan marah, tentunya.

Last words, all hail Kaliyuga!