Halo, Apa Kabar Toko Rekaman di Masa Pandemi?

Halo, Apa Kabar Toko Rekaman di Masa Pandemi?

Strategi lain yang dilakukan toko rekaman belakangan ini adalah meningkatkan layanannya kepada konsumen. Tidak sedikit yang berani menggratiskan ongkos kirim, atau bahkan free home delivery alias diantar langsung ke rumah pembeli. Trik lainnya, ada toko rekaman yang sigap memberi bonus masker bagi setiap pembelian di tempatnya. Cerdas. 

Selama masa pandemi ini setiap toko rekaman tampak masih tetap berjuang di antara seretnya daya beli masyarakat dan nafsu konsumsi berlebih akan pemenuhan hobi para kolektor musik. Seakan-akan, mereka “ditinggalkan” pelanggan kasual yang biasanya masih muda dan doyan musik so-called-indie, tetapi juga dikerumuni para kolektor serius dengan sisa tabungan dan selera musik yang “dewasa”.  

Sekarang, giliran apa yang bisa kita lakukan sebagai, yang katanya, penggemar musik?

Simpel saja menurut amanah dari NME: “if you can, and while you can, please buy.” 

If you do have the money, and you value music, then treat yourself. Treat yourself now,” tambah Jon Tolley, pemilik toko rekaman Banquet Records (UK). “Chances are you’re going to be isolated at some point, so treat yourself and get a record in the post. Music is a good way to get your through.”

Sebagai penutup, kalau biasanya pada kolom-kolom sebelumnya saya memberikan rekomendasi lagu atau album untuk didengarkan, kali ini saya rekomendasikan beberapa toko rekaman yang bisa anda kunjungi di beberapa kota besar. Mereka sudah mulai buka dan beroperasi kembali namun tetap dengan protokol kesehatan yang berlaku.

Sering-seringlah main ke toko rekaman. Itu tempat paling baik untuk mencari (rekaman) musik secara organik. Seringkali, kita tidak pernah tahu akan menemukan apa dan membawa pulang apa dari sana. Keep on digging. Memang kadang ada music snobs di sana. Tapi jangan kuatir, anda tidak akan dibentak dan diusir keluar kalau menanyakan album Stevie Wonder atau Hijau Daun, misalnya.

Siapa tahu, anda malah ketemu jodoh di sana? Ha!

Samack lahir dan tumbuh di kota Malang. Sempat menerbitkan Mindblast Fanzine (1996-1998) dan situs musik Apokalip (2007-2010). Tulisannya seputar musik dan budaya pop pernah dimuat di Jakartabeat, The Metal Rebel, Rolling Stone Indonesia, Vice Indonesia, Warning Magz, Whiteboard Journal, GeMusik, serta berbagai media lainnya. Sesekali menjadi editor untuk sejumlah buku dan penerbitan. Saat ini beraktivitas di bawah institusi Solidrock serta mengelola distribusi rekaman bersama @demajors_mlg.

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner