Funk. MSG Untuk Musik Indonesia? (Bagian 1 dari 3)

Funk. MSG Untuk Musik Indonesia? (Bagian 1 dari 3)

Era 90an – 2000an
Setelah 13 tahun di awal 2017 ini, album penuh 70sOC (dulu 70s Orgasm Club) yaitu Electric Love dirilis. Album ini kami produksi dengan kepatuhan pada pakem-pakem musik funk terutama funk 70an. Ketukan patah-patah menghindari jatuh pada birama 1, bass-line dan hentakan drum yang bergoyang, kocokan gitar tajam berdecit dan gitar cekwaw-cekwaw dari pedal wah, suara piano elektrik dan synthesizer, tiupan trompet seksi serta tidak lupa sentuhan kecil seksi string, plus conga dan vibraslap perkusi yang menambah nuansa funk yang primitif.

Tapi, sebentar. Mahluk apakah itu funk? Beberapa deskripsinya di kamus adalah “liar, lepas kendali, bergoyang, bau tidak sedap, sesuatu yang kuat dan nakal”. Dalam musik, funk adalah mbahnya musik disko, pendewasaan menyimpang/anak badung dari rahim musik soul/RnB tradisional. Kaum kulit hitam menemukan eksistensi dan jati diri mereka pada musik soul/R&B tradisional yang berkembang pada tahun 50/60an, kemudian bereksperimen lebih liar dan lahirlah musik funk yang menggema di tahun 70an.

James Brown – “Funky Drummer”

Awal saya mengenal funk di tahun 80an melalui siaran radio yang memutar musik-musik pop barat soul/funk. Dari Stevie Wonder dan Michael Jackson, grup vokal seperti Atlantic Starr, Surface serta boyband New Kids on The Block (di tangan produser kulit hitam Maurice Starr, NKOTB adalah The Jackson Five untuk remaja kulit putih). Nama-nama itu adalah perkenalan awal terbatas saya pada musik soul/funk.

Di akhir 90an, kehadiran TV swasta dan MTV memberikan pilihan musik funk dengan percampuran gila. Red Hot Chili Peppers, Rage Against the Machine dan Extreme meleburkan musik rock dengan funk dan rap; Supergroove, rombongan funk dengan brass section asal New Zealand yang begitu populer; lalu dua kubu yang melakukan revisit murni musik soul/funk 70an, dengan sound dan gaya total 70an seperti Lenny Kravitz, dan dengan sound dan gaya lebih kontekstual pada saat itu seperti rilisan label Acid Jazz; Jamiroquai, Mother Earth hingga Corduroy. Semua itu membuat funk di 90an begitu seksi.

Akhir 90an ke awal tahun 2000, muncul nafas funk pada rilisan lokal. Televisi swasta dan MTV, radio dan majalah, serta pulangnya anak-anak muda yang kuliah di luar negeri jadi penyebab berkembangnya subgenre musik Indonesia, terutama funk. Contoh dominan ada pada musisi yang terpengaruh jazz, ada album perdana The Groove, Kuingin (1999), dan dua rilisan vital bagi musik funk di Indonesia: Humania dengan album Sahabat Lama (1996) dan Interaksi (2000). Catatan penting juga adalah album ketiga Pas Band yang bernuansa funk/metal dan rap, IndieVduality (1997). Semuanya dirilis oleh label rekaman besar Indonesia.

Humania – “Interaksi” (feat. Indra Lesmana)

Anto Arief
antoarief.wordpress.com
Vokalis/gitaris 70sOC dan buruh musik untuk Musik Tulus. Suka membaca tentang musik, tentang subkultur anak muda dan sangat gemar menonton film.

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner