Down For Life di Tanah Bavarian:

Down For Life di Tanah Bavarian: "Ini Tentang Mimpi yang Harus Diwujudkan!"

Kamis, 28 Juni 2018, kami tiba di sebuah hotel di Jakarta Barat untuk persiapan Final Show keesokan harinya. Jadwal padat langsung menunggu. Interview bahasa Inggris dengan juri termasuk John Resborn dari The Metal Rebel melalui Skype, disambung dengan sharing session, technical meeting dan cek venue. Paginya, kami bersama-sama berangkat ke lokasi venue di GTV - Studio 8A MNC TV, Kebon Jeruk, Jakarta Barat yang tidak ada sama sekali pohon jeruknya.

Meski jadwal manggung kami masih jam 20.30 WIB, kami sudah harus siap di venue dari jam 11.00 WIB. Ada banyak waktu untuk berbaur dengan band lain dan penonton yang datang. Dan tidur lagi tentu saja. Beberapa teman dari Solo dan Jakarta datang untuk memberi dukungan. Di backstage, kami saling memotivasi untuk memberikan yang terbaik yang kami miliki. Melepaskan beban dengan banyak bercanda saat menyiapkan kostum dan make up karena ini adalah hal baru bagi Down For Life. Isa bilang kami seperti orang gila, jadi bebas saja. Jadi, itu yang menjadi slogan kami sebelum manggung, “wong edan bebas!”.

Di bawah panggung, kami bertemu Arian dan Ricky dari Seringai juga Gorust dari Hellcrust yang tertawa melihat penampilan kami, hehehe. Setelah ada kesalahan teknis yaitu intro "Gamelan" kami diputar saat Trojan akan memulai aksinya, giliran kami untuk menghajar panggung Final Show WMBI 2018. Tanpa sound engineer dan crew yang biasa membantu setiap penampilan kami, juga tanpa check sound adalah tantangan dan simulasi dari W:O:A nanti. Durasi 30 menit yang diberikan harus dimanfaatkan secara maksimal. Tidak boleh lebih dari durasi itu. Karena mata saya minus dan tidak dapat melihat dengan jelas timer yang ada diatas FOH, saya berpesan ke Jojo untuk memberi tahu kepada saya. Dibuka dengan "Prosa Kesetaraan" dan ditutup dengan "Pasukan Babi Neraka", total lima lagu kami mainkan. Wuih.. Tugas perang sudah diselesaikan untuk malam ini. Tinggal menunggu pengumuman sambil membersihkan muka dari make up dan menonton aksi Beside.

Setelah Beside tampil dengan gagah, saatnya pengumuman. Saya sangat santai dan percaya diri saat di atas panggung. Siap menang dan siap kalah, itu yang ada dalam pikiran saya. Dan nama Down For Life diumukan sebagai pemenang WMBI 2018. Konveti dengan kertas-kertas menambah marak panggung. Seketika, saya bisa merasakan apa yang dirasakan pemain Real Madrid saat juara Liga Champions. "Oh, gini to rasanya perayaan dengan konveti," karena ini untuk pertama kalinya saya merasakan.

Ucapan selamat dan pelukan (yang sayangnya dari laki-laki semua) dari band lain, juri, penonton menyambut hangat kemenangan kami. Senang, bahagia dan lega kami rasakan. Ini bukan kemenangan bagi Down For Life saja, tapi kemenangan seluruh band dan metalhead Indonesia. Bukan kompetisi mengalahkan band lain tapi mengalahkan segala ego diri sendiri. Ya, kami berhasil mengalahkan kami sendiri! Tapi langsung terlintas tantangan di depan mata. Global Metal Battle di Wacken Open Air. Bersaing dengan puluhan band dari seluruh penjuru dunia dengan membawa nama Indonesia.

Tidak mudah tapi bukan hal yang tidak mungkin juga. Buktinya, kami akan bermain di Wacken. Salah satu mimpi sudah kami wujudkan dengan kerja keras. Seperti pesan singkat dari Imam, mantan gitaris Down For Life di grup WhatsApp: “Hasil tidak mengkhianati proses. Selamat bro, maturnuwun kalian mewujudkan cita-citaku.”

Perjuangan belum selesai. Perang di tanah Bavarian sudah menunggu. Dukung dan doakan kami, Pasukan Babi Neraka dari pinggir Sungai Bengawan, untuk mengibarkan bendera merah putih dengan kejayaan. Hail..!

Stephanus Adjie

Stephanus Adjie. Dikutuk menjadi metalhead sejak 1990 sampai akhir menutup mata. Jomblo sejak tiga minggu yang lalu.

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner