Cerita di Balik Proses Kreatif DCDC Rock N’Semble
Foto: Gogeng
Secara pribadi, saya dan teman-teman Rosemary memang sudah berteman cukup lama. Kedekatan itu seharusnya akan memudahkan kami dalam proses komunikasi saat pengerjaan aransemen nantinya. Singkat cerita, pertemuan awal pun diatur, semua tim kecuali Ki Ageng Ganjur berkumpul untuk mengatur bagaimana pengerjaan aransemen dan proses latihan itu akan dilakukan. Beberapa keputusan pun disepakati, pada prosesnya latihan dilaksanakan di dua kota, yaitu Yogyakarta dan Bandung. Total lagu yang akan diaransemen hanya enam lagu, disepakati pula bahwa sketsa aransemen lagu harus segera selesai dalam waktu dua minggu, dengan harapan bahwa sketsa itu bisa digunakan sebagai panduan pada saat sesi latihan pertama bersama tim Ki Ageng Ganjur di Yogyakarta.
Selama akhir Agustus, saya mulai mengumpulkan informasi tentang gamelan yang akan digunakan oleh Ki Ageng Ganjur. Berdasarkan pengalaman, persoalan terbesar kolaborasi musik yang menyertakan gamelan terletak pada sistem penalaan yang hanya dapat mengakomodir satu sistem tangga nada, umumnya pelog, salendro, atau western tuning. Persoalan lainnya ada pada wilayah nada instrumen yang digunakan.
Foto: Gogeng
Tidak menunggu lama, saya lantas menghubungi Mas Syamsul, wakil dari Ki Ageng Ganjur. Dari komunikasi itu, diperoleh informasi bahwa gamelan Ki Ageng Ganjur menggunakan dua sistem penalaan, yaitu laras nasional dengan urutan “B-C-D-E-F-G-A-Bes” dan laras arab dengan urutan nada “F-G-As-B-C-D-Es-Ges”. Instrumen yang digunakan juga mencakup lima saron (tiga nasional dan dua arab), satu set bonang (laras arab), suling, kendang, dan rebana. Berbekal info tersebut, saya mengerjakan aransemen. Sejak itu pula, akhirnya enam lagu yang diaransemen ditentukan berdasarkan pertimbangan tangga nada yang dimainkan, salah satunya adalah "Punk Rock Show".
Comments (0)