Barang Lama, Wajah Baru

Barang Lama, Wajah Baru

Tak jarang band aktif dari ranah indie dan major lokal sampai saat ini menerapkan idiom atau sentuhan musik tradisional Indonesia untuk sebuah rekayasa musiknya, baik secara konsep maupun sisipan dalam konser mereka. Melihat hal ini, artinya musik tradisi masih dipandang sebagai bahan yang masih relevan dan potensial untuk di eksplorasi sesuai dengan kebutuhannya.

Namun, semakin ke sini semakin sulit pula membedakan antara menemukan atau membuat sesuatu terbilang baru. Yang tampak hanyalah oplosan-oplosan dari unsurnya yang telah banyak diracik dan dilakukan. Oplosan itu difermentasi lalu dicampur menggunakan bumbu tertentu untuk mencari soundscape yang menarik agar terlihat menjadi sesuatu yang benar-benar segar dan baru, padahal ‘barangnya’ masih itu juga, seni tradisi. Boleh dibilang 'barangnya yang lama wajahnya yang baru’.

Jika sudah begini, barangkali yang ada hanyalah kesepakatan kesukaan memainkan jenis musiknya, dan setelah itu dieksplorasi sesuai referensi maka terjadilah persilangan, ‘terkesan sementara untuk mencapai citra kebaruan’ (meminjam istilah Suka Hardjana). Tidak sama sekali mengatakan hal ini kurang bagus, tetapi sudah barang tentu hal ini lebih baik dari pada tidak dikerjakan.

“Cintailah apa yang kamu kerjakan, maka seumur hidup kamu tidak akan pernah merasa bekerja.”

Sendy Novian.

Hidupnya yang selalu berpindah-pindah (nomaden) kini sudah menemukan tambatan hatinya. Mau pensiun dini jadi vokalis di Parahyena maunya cukup bermain guitalele aja, masih aktif bermain perkusi di Syarikat Idola Remaja dan kini menjabat bendahara blok perumahan di bilangan Rancaekek. Freelancer yang free banget.

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner