Apakah Bermain Musik Metal Itu Bebas dan Tanpa Aturan? (Bagian 3)

Apakah Bermain Musik Metal Itu Bebas dan Tanpa Aturan? (Bagian 3)

Selanjutnya adalah death metal, yang menurut beberapa sumber muncul sekitar tahun 1980. Dari segi musik, death metal dianggap mempunyai bentuk yang lebih gelap dan ekstrim. Jenis musik ini terinspirasi oleh beberapa band thrash metal seperti Slayer dan Kreator. Warna suara dan gaya vokal yang khas sama seperti Chris Barnes (Cannibal Corpse) and Glen Benton (Deicide) menjadi salah satu ciri khas. Sebagai turunan dari thrash metal, death metal awal memberikan banyak fitur musikal daripada pendahulunya, sebagian karena bertujuan untuk mengembangkan teknologi audio menjadi lebih ekstrim dan brutal.

Hampir seluruh band-band death metal terdiri dari gitar, bass, drum, dan vokal. Musiknya difokuskan pada riff-riff atonal dan interval tritonus (diminished). Mereka juga menampilkan tempo yang mendadak lebih pelan atau lebih cepat, kemudian banyak perubahan time signature untuk mendapatkan nuansa seram (evil) untuk mengelabui harapan pendengar. Double bass drum seolah-olah menjadi standar wajib digunakan dengan tempo cepat dengan pola permainan blast beat.

Seringkali, gitar menggunakan down tuning (misalnya C tuning atau lebih rendah). Subgenre ini banyak menggunakan riff-riff cepat yang dibalut distorsi yang berat dengan teknik palm muting dan tremolo picking. Struktur lagu sangat berbeda dengan bentuk lagu kebanyakan, banyak perubahan kunci, tangga nada kromatik, arpeggio, dan diminished seventh. Ciri yang mudah untuk dikenali dari subgenre ini ialah karakter vokal yang menggeram (growl) untuk mendukung imej yang keras dan brutal.


Cannibal Corpse - Foto: Wikipedia

Perbedaan paling mencolok adalah subgenre melodic death metal. Berbeda dengan death metal, subgenre ini terkadang menggunakan keyboard, dua gitar, bass, drum, dan vokal. Riff-riff yang digunakan lebih berdasar pada tangga nada modal, sementara interval disonan jarang ditemukan. Lebih jauh lagi, lagu-lagu melodic death metal umumnya mempunyai struktur yang tidak terlalu rumit dan tidak menutup kemungkinan jika ada bagian atau seluruh lagunya diringi oleh gitar akustik, atau perpaduan clean voice dan teknik growl. Elemen yang diadopsi dari musik death metal adalah perubahan tempo, blast beat, dan vokal growling.

Seperti semua genre yang terpengaruh lebih dari satu gaya musik, proporsi dari karakterstik yang dapat didengar dari dua genre utama yang mempengaruhi. Melodic death metal dapat dengan mudah dikenali dengan cara membandingkan dua album yang sangat mempengaruhi band-band di genre ini, yang lebih banyak terpengaruh oleh death metal adalah alabum yang bertitel Slaughter Of the Soul (dirilis tahun 1995) oleh band At The Gates dan sebaliknya yang banyak terpengaruh oleh New Wave Of British Heavy Metal dapat didengar dalam album Jester Race (dirilis tahun 1996) oleh In Flames. Secara umum, terutama melodic death metal modern lebih mudah diakses dan dicerna oleh pendengar yang lebih luas dan dianggap lebih sukses secara komersil dibandingkan death metal.

Hasil gambar untuk soilwork
Soilwork - Foto: Metal Archives

Subgenre ketiga adalah avant-garde atau experimental metal yang muncul pada pertengahan tahun 1980an, dan Celtic Frost dikreditkan sebagai salah satu pencetus dari subgenre ini. Pada umumnya, beberapa musisi subgenre ini melakukan eksperimen dengan menggabungkan elemen nonkonvensional apapun ke dalam musiknya. Ideologi avant garde sama seperti industrial, keduanya merupakan eksperimen dengan instrumen yang tidak umum dan suara yang tidak musikal. Tetapi, artis-artis avant garde membuat terobosan dengan menghilangkan segala batasan dalam proses penciptaan musik dan bereksperimen dengan struktur lagu yang tidak standar, progresi akor, atau bahkan teknik menyanyi. Dengan kata lain, artis-artis avant garde cenderung menekankan transisi antara lagu secara tiba-tiba, baik secara ritmis atau harmoni, atau bahkan menambahkan bagian yang tidak terkait secara gaya musik. Band-band yang tercatat mengusung subgenre ini adalah Atrox, Ephel Duath, and Unexpect.

http://www.avantgarde-metal.com/crew/martin/ephel.jpg
Ephel Duath - Foto: www.avantgarde-metal.com

Di pertengahan tahun 1980, artis-artis heavy metal menciptakan subgenre baru bernama progressive metal. Sama seperti genre awalnya, progressive metal menampilkan lagu-lagu yang lebih rumit baik secara komposisi (komposisi panjang yang kadang-kadang terdiri dari beberapa bagian yang berbeda, perubahan kunci, struktur yang lebih rumit) dan secara ritmis seringkali menggunakan odd time signatures, dan poliritmis. Band-band yang populer yang mengusung subgenre ini adalah Dream Theater dan Queencrÿche. Pada perkembangannya, di tahun 1990 beberapa musisi metal menciptakan beragam percampuran musik lain dengan progressive metal. Persinggungan tersebut melahirkan sebuah subgenre lain yang sangat berbeda secara musikal, walaupun masih dalam satu akar yang sama. Sebut saja Symphony X, dengan album The New Mythology Suite yang dirilis tahun 2000 dan dikategorikan sebagai musik power/progressive metal yang mudah dikenali dari unsur musik klasik yang banyak diadopsi dalam musiknya. Band-band lainnya adalah Opeth yang menggabungkan death, heavy metal dan progressive metal dalam album Ghost Reveries (dirilis tahun 2006), atau Tool yang menggabungkan musik alternatif dengan musik industrial sebagai pengaruhnya dan tetap terdengar beorientasi musik progresif. Musik jazz yang dipadukan dengan progressive metal dapat didengar dari lagu-lagu dari band Animals As Leaders.

Animals-As-Leaders
Animals As Leaders - Foto: www.metalsucks.net

Hinhin Agung Daryana atau yang lebih dikenal dengan sebutan Hinhin Akew adalah salah satu tokoh yang sudah bergelut di ranah musik bawah tanah sejak tahun '90an. Ia merupakan seorang gitaris dan akademisi yang fokus mengajar hal-hal yang berkaitan dengan musik. Hari ini, ia aktif dan bermusik bersama Nectura dan Humiliation.

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner