Apakah Bermain Musik Metal Itu Bebas dan Tanpa Aturan? (Bagian 1)

Apakah Bermain Musik Metal Itu Bebas dan Tanpa Aturan? (Bagian 1)

Judul di atas bisa jadi hanya salah satu pertanyaan yang datang dari orang awam atau bahkan musisi yang tidak terlalu memperhatikan musik metal. Saya tidak bisa menyalahkan mereka, karena memang musik yang satu ini punya banyak keunikan, bukan saja sedikit rumit untuk diapresiasi secara musikal, tetapi suguhan lirik yang memang tanpa sensor mungkin jadi salah satu alasan bagi sebagian orang untuk tidak mengonsumsi musik ini.

Sebenarnya, ide tulisan ini lahir dari satu pengalaman menarik ketika saya di kampus. Singkatnya, saya ditugaskan untuk membimbing tugas akhir mahasiswa yang memilih musik metal sebagai bahan resital tugas akhir. Intinya, untuk mencapai derajat sarjana, mahasiswa yang memilih peminatan resital diwajibkan untuk menyelenggarakan sebuah pertunjukan dan harus mempertahankan konsep musik yang dia usung dalam sidang komprehensif. Nah, menariknya dalam sidang tersebut, ada beberapa pertanyaan dari penguji yang cukup membuat saya merenung. Kurang lebih pertanyaannya seperti ini: “apa yang ingin dicapai dengan banyaknya perbedaan motif (baik drum atau instrumen lain) yang disajikan dalam musik metal?”, “apakah cepat berubahnya beat drum (motif) dan riff tersebut berkaitan dengan tema lirik dan emosi yang disajikan?”, “apakah seluruh sajian musik metal dapat dikategorikan musik atonal?”, “sebenarnya, estetika dalam musik metal itu seperti apa?”.

Jujur saja, selama lebih kurang 20 tahun menggeluti musik metal, baru kali ini saya dihadapkan pada suatu kondisi di mana saya harus berusaha menjelaskan kepada “orang awam” (audiens dan wilayah akademis) tentang musik yang saya jadikan kendaraan hidup selama ini. Ketika deretan pertanyaan itu berhasil dijawab, mungkin saja itu juga akan mematahkan asumsi sebagian orang yang menganggap musik metal itu bebas tanpa aturan. Lebih jauh lagi, tulisan ini juga dimaksudkan untuk mencoba menjawab persoalan fundamental tersebut dalam kacamata saya sebagai seorang pelaku musik metal.

So… Let’s Dig Into It!
Seperti yang kita ketahui bersama bahwa musik metal dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa sub-genre, yang masing-masing di antaranya memiliki karakteristik cukup kontras atau sebaliknya, memiliki banyak kesamaan. Dalam konteks musik, apakah sub-genre metal tersebut tidak mempunyai pijakan dan benar-benar bebas tanpa aturan??? NO… NO… NO… Salah sekali kalau mempunyai asumsi begitu. Untuk mengurainya, saya coba tarik ke belakang bagaimana musik metal ini mengkristal dan berkembang sampai sejauh ini.

Musik metal adalah gabungan blues rock dan psychedelic. Aspek-aspek yang diadopsi mencakup struktur musik dan progresi akor. Blues rock mewariskan tradisi riff gitar dan solo gitar yang mengedepankan virtuositas pemainnya (Weinstein: 2000).  Sampai pada tahapan ini, jelas sekali bahwa secara musikal, metal sama sekali tidak asal.

Hinhin Agung Daryana atau yang lebih dikenal dengan sebutan Hinhin Akew adalah salah satu tokoh yang sudah bergelut di ranah musik bawah tanah sejak tahun '90an. Ia merupakan seorang gitaris dan akademisi yang fokus mengajar hal-hal yang berkaitan dengan musik. Hari ini, ia aktif dan bermusik bersama Nectura dan Humiliation.

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner