Apakah Bermain Musik Metal Itu Bebas dan Tanpa Aturan? (Bagian 1)

Apakah Bermain Musik Metal Itu Bebas dan Tanpa Aturan? (Bagian 1)

Sejak awal kelahirannya, para musisi metal mempertimbangkan dengan matang bagaimana unsur-unsur musiknya. Aspek-aspek utama musik seperti ritme, melodi, dan harmoni telah sejak lama jadi bahan renungan para musisinya, dan seiring waktu rekayasa musik terus dilakukan sehingga semakin kompleks seperti hari ini. Dikutip dari salah satu situs, sekitar 40 sub-genre dapat diklasifikasikan sampai saat ini, dan sebagian lagi masih menunggu untuk “diciptakan” atau “ditemukan”. Fenomena ini jadi penanda bagaimana subkultur metal senantiasa dinamis dalam merespon perubahan zaman, dalam konteks ini pula menjadi jelas bahwa jika musik metal dianggap musik yang asal. Apakah memang bisa sangat berkembang seperti ini?

Bukti konkret lainnya tentang bagaimana musik ini memang benar-benar lahir dari hasil pemikiran yang matang ialah aspek visual yang mencakup logo band, cover album, merchandise, kostum, efek lampu, set panggung, koreografi, artwork, majalah, dan video musik yang diproduksi oleh para insan metal yang merepresentasikan identitas dan karakter masing-masing band dan musiknya. Ilustrasi yang digunakan pada logo identik dengan gambar-gambar bermakna implisit seperti tengkorak, petir sebagai lambang energi, dan pentagram.


Beside 'Eleven Heroes' - foto: Metal Archives / Burgerkill 'Beyond Coma And Despair' - foto Discogs

Otentisitas penampilan saat di atas panggung juga cukup meyakinkan saya jika band-band metal ini sangat serius (tidak asal) dalam memperhatikan seluruh aspek dalam bermusik dan pertunjukan musik.  Dari mulai celana jeans dan t-shirts, topeng, wear pack, seragam, penampilan ala biker dengan jaket kulit dan spike sebagai simbol pemberontakan dan maskulinitas, atau gaya berpakaian tradisional yang mengedepankan identitas daerah atau negaranya.

Satu lagi yang menurut saya penting ialah meningkatnya kualitas pertunjukan dan rekaman musik metal. Sejak tahun ‘90an sampai hari ini, di Indonesia mencerminkan bagaimana kemajuan dari sisi tata suara (rekaman atau live), tata panggung (properti dan asap buatan), dan juga tata cahaya (blitz dan laser) yang menjadi bagian integral dari sebuah pertunjukan konser tunggal atau festival metal.


Mesin Tempur - foto: Blog Mesin Tempur


Man Jasad - foto: DCDC BTI 2014 docs

Sejak mengenal musik ini, saya yakin bahwa “orang-orang terpilih” lah yang bisa menikmati musik ini. Buat yang memandang sinis, semoga uraian singkat dalam tulisan ini dapat membuka pikiran anda semua, serta perlahan akan menghilangkan anggapan bahwa musik metal itu asal atau tanpa aturan. Paparan lebih spesifik akan disambung pada artikel selanjutnya.

Hinhin Agung Daryana atau yang lebih dikenal dengan sebutan Hinhin Akew adalah salah satu tokoh yang sudah bergelut di ranah musik bawah tanah sejak tahun '90an. Ia merupakan seorang gitaris dan akademisi yang fokus mengajar hal-hal yang berkaitan dengan musik. Hari ini, ia aktif dan bermusik bersama Nectura dan Humiliation.

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner