Aku Berkarat Seperti Besi

Aku Berkarat Seperti Besi

Kembali ke tahun 1996, di suatu sore saya iseng membolak-balik majalah Hai edisi terbaru. Sampai kemudian saya terpaku pada satu halaman yang memuat iklan promosi rilisan kaset dari Virgo Ramayana Records (Program/Project Q). Di situ terpampang promosi kaset Koil dengan desain sampul berwarna gelap dan sekelebat nyala bara api. Saya belum pernah dengar nama Koil sebelumnya. Saya lupa apa kalimat persisnya di kolom iklan itu. Yang pasti di situ ada kata-kata semacam ini: “Debut album dari band industrial rock asal Bandung…blablabla…musiknya cocok untuk penggemar Nine Inch Nails…blablala…”

Hah! Industrial? Nine Inch Nails? Beneran nih?!

Daripada penasaran, malam itu juga saya berjalan kaki menuju Mitra 2 Dept Store yang berlokasi tidak terlalu jauh dari rumah. Kebetulan di dalam mal itu ada toko kaset kecil di pojokan. Biasanya kalau kaset-kaset Indonesia yang umum berkategori best seller dan new release lumayan tersedia di situ. Ternyata benar, di sana sudah ada kaset Koil album selftitled yang saya lihat di majalah Hai tadi. Tanpa fafifu langsung saya bayar tunai, harganya 8000 perak. Lantas segera kembali pulang ke rumah, menyetel kaset itu, dan beberapa detik kemudian track pertama yang judulnya “Murka” mengalun…

Ugh, dulu saya pikir gak akan ada band Indonesia yang (mau) menulis lagu-lagu industrial lalu merekam dan merilisnya ke publik. Sebelumnya memang saya cuma tahu ada beberapa band industrial yang suka manggung dan berbekal lagu cover saja. Ternyata saya salah besar. Sudah ada debut album Koil, berarti band-band sejenis bakal menyusul deh kayaknya…

Bener saja, dalam waktu yang tidak terlalu lama, tiba-tiba di rak saya sudah ada rilisan dari Closeminded, Syc Minded, SEL, Agus Sasongko (FSOP), Brain The Machine, Inner Warfare, dan Worldhate. Sampai era 2000-an saya masih menemukan Kekal, Mobil Derek, Helm Proyek, Matius Tiga Ayat Dua, Toreh, serta beberapa proyek musik Marcel Thee (Sajama Cut) yang juga kental aroma industrial-nya.

View Comments (1)

Comments (1)

  • Kafka
    Kafka
    8 Jul 2021
    Ulasan yang sangat menarik dan intens, thanks. Penggemar Industrial adalah lone wolf...dan itupun banyak ditemukan. Saya pun mengalami hal yang sama, pada umumnya penyimak Industrial adalah penyimak musik yang telah menyimak ragam musik lainnya dan jikapun telah mengikuti dan menjadi believer dalam scene musik minor ini, maka akan lama dan setia. Koil, adalah band yang menjadi pemicu musik industrial dan pengecualian dalam peta musik Indonesia, album self tittle yang dirilis ditahun 95-96 an, diiklankan dalam sisi pojok kanan koran kompas, tidak lazim tapi efektif namun tajam. Entah apapun yang telah dihadapi oleh Band ini, namun hingga saat ini, first, second mungkin fifth installment...menjadikan kita semua harus menerima, bahwa keajaiban dan sihir band ini terhentikan di album Black Lights. Nine Inch Nails dengan format ketiganya....( format. pertama ( distorsi), format kedua ( dub step) dan format ketiga ( ambiance) sesungguhnya lone wolf, raksasa besar yang hidup dalam kesendirian. Mungkin takdir bahwa scene musik ini adalah scene niche', militan dan terus bergerak dengan kesendirian. Menunggu lama hingga hujan reda......
You must be logged in to comment.
Load More

spinner