Marcell & Che Bicara Tentang Satu Dekade Konspirasi Berdiri

Marcell & Che Bicara Tentang Satu Dekade Konspirasi Berdiri

Konspirasi di ranah musik mainstream

Che menambahkan jika selama sepuluh tahun ini Konspirasi senang ‘diperalat’ oleh dia. “Konspirasi jadi kendaraan yang gua pake, dan dengan adanya nama Marcell jadi bisa dipake ke ranah mainstream, buat ngegedein grunge”, ujar dia. Che juga menambahkan jika Konspirasi jadi alat politik dia untuk membawa grunge ke ranah mainstream, dimana hal itu terjadi pada saat salah satu TV nasional yang menampilkan band-band independen di ranah mainstream, Che tidak melihat band-band grunge semisal Cupumanik dan Navicula ada dalam list, sampai akhirnya karena pihak TV tahu dalam tubuh Konspirasi dihuni oleh orang-orang yang cukup punya nama, terlebih dengan adanya Marcell, Konspirasi tampil di acara tersebut, dan membuka jalan bagi band-band grunge lainnya seperti Cupumanik, Navicula, Alien Sick, sampai Besok Bubar tampil di acara tersebut.

Tidak sampai disana saja, Konspirasi juga didaulat menjadi sampul suatu majalah ternama, dengan tagline “Indonesian Grunge”. Saat itu tiba-tiba grunge disebut lagi dalam headline sebuah majalah ternama, yang notabene nya mencangkup skala nasional. “Konspirasi dijadikan sampul majalah tersebut dan jadi gambaran dari grunge hari ini, karena band-band grunge lainnya dirasa tidak cukup kuat untuk ada di titik itu. Tapi ketika Konspirasi naik, akhirnya band-band grunge lainnya seperti Navicula atau Cupumanik jadi ikut dibahas”, ujar Che.

“Ada teori bahwa dalam musik independen pun kita butuh mainstream yang bagus, dimana hal itu bisa terlihat dari banyaknya anak-anak ‘indie’ yang menggemari band-band semisal Led Zeppelin atau The Beatles misalnya, itu kan semua band-band mainstream. Jadi kita butuh mainstream yang keren. Dan waktu itu juga Che diajak buat mainstream, jadi biar ga main di Saparua terus. Kali-kali kita ngelebarin sayap ke yang ‘wangi-wangi’ (istilah Che sebagai analogi dari satu hal yang kontras dari penggemar grunge yang katanya kaum kucel tersebut), buat nyari pasar baru. Nah Konspirasi itu ngambil peran-peran yang disitu”.

“Kita pengen dengan masuknya kita ke ranah mainstream, pola pikir kita yang seolah sidestream ini, yang selalu hanya dimiliki oleh kaum-kaum marjinal atau kerap disebut sebagai subculture itu bisa didengar oleh penentu-penentu kebijakan”, ujar Marcell. Dia juga menambahkan tentang kenapa selalu ada konflik antara kaum yang termarjinalkan dengan orang-orang kelas menengah ke atas, dimana menurut dia masalahnya hanya pada penempatan dan cara untuk mengekspresikannya. Kaum yang termarjinalkan tersebut mungkin jauh lebih visioner dibanding para pejabat-pejabat itu, tapi bagaimana mereka mengekspresikannya itu yang terkadang susah diterima. Konspirasi mencoba mengambil peran itu dan mengekspresikannya dengan cara yang mungkin bisa diterima oleh mereka (para penentu kebijakan itu).

Marcell memberi contoh lewat lagu terbaru dari Konspirasi, “Dominasi”. Dalam lagu tersebut Konspirasi mengangkat derajat wanita, dimana mereka berperan menjadi feminis yang memperjuangkan itu. Menurut Marcell jika mereka berbicara tentang feminisme kepada orang-orang feminis itu seperti memberi garam ke air laut. Tidak akan berpengaruh banyak. Tapi jika hal itu dibicarakan kepada para pejabat atau orang kaya yang kerap melecehkan perempuan, mungkin karena mereka suka dan ngefans dengan apa yang Konspirasi sajikan, akhirnya mereka jauh lebih mengerti dan akan sadar dengan apa yang lagu “Dominasi” suarakan. Jika wacana itu disuarakan oleh orang-orang yang tidak punya kemampuan, atau bisa membawa pesan itu kemana-mana, dan hanya di sekumpulan mereka saja, itu akan percuma juga. Maka dari itu Konspirasi mengambil ranah yang lebih luas untuk menyuarakan hal itu.

BACA JUGA - Exclusive Interview : Merayakan Bunyi Bersama Duo Bottlesmoker (Bagian Pertama)

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner