LA FIESTA AMOR: Bersuka Ria Bersama Kartel Bernama El Karmoya

Acara ini juga merupakan hasil kerja sama dengan Kaum, salah satu komunitas yang mewadahi semangat bermusik dari anak-anak muda hari ini. Padepokan Guruminda sendiri sebenarnya adalah rumah dari salah satu Kaum, yaitu Rizky Parada. Ia berkata bahwa tempat ini ingin dijadikan satu ruang yang bisa diakses oleh mereka yang mau berkarya, dengan konsep “rumahan” dan melibatkan warga sekitar. Ia juga berencana ingin menggelar acara reguler di sini. Mereka memang tidak memakai sistem tiket untuk bisa datang, tetapi mereka menyediakan satu hardcase gitar di lantai untuk menjadi wadah teman-teman yang berniat donasi. Ini menjadi ide yang lebih “halus” untuk meminta bantuan berupa dana dari penonton yang datang. Ini juga menjadi semacam cara untuk melihat timbal balik dari penonton. Tapi, ketimbang uang saku, sepertinya melihat penonton bisa pulang dengan senyum dan cerita adalah sesuatu yang juga memiliki nilai luar biasa.

Dari acara ini, ada beberapa hal yang kami catat: bahwa ternyata semangat kolektif masih ada dan masih efektif. Kami beri dua jempol untuk El Karmoya dan seluruh pihak yang terlibat di sini. Malam minggu paling absurd kami ternyata tidak berujung pahit, malah manis dan sangat berkesan. Masih banyak orang-orang kreatif, dan yang lebih penting adalah mereka berani untuk tidak bermain di ruang yang “sama”. Mereka semacam angin segar, memberi warna baru di tengah-tengah ranah independen tanah air. Orang-orang macam El Karmoya ini lah yang mampu mengacak-acak kebosanan, stagnasi dari dunia permusikan Indonesia. Mereka perlu disorot lebih dari ini. Kami juga menemukan satu lagi alasan tepat untuk memanggil mereka "kartel": karena mereka mampu "memonopoli" memori kami-kami yang hadir dan menikmati karya mereka.

Oleh karena itu, kami memutuskan untuk mewawancara El Karmoya setelah pesta perilisan “Carbere Amor” di “La Fiesta Amor”. Nantikan artikel selanjutnya dan mejores saludos para El Karmoya!