Dunia Sedang Depresi, Seharusnya Musik Makin Menyenangkan

Dunia Sedang Depresi, Seharusnya Musik Makin Menyenangkan

Bagi saya pribadi, menonton konser sudah menjadi bagian dari kebutuhan spiritual, baik secara personal maupun komunal. Konser musik seolah menjadi sebuah "ritual keagamaan" dengan melakukan "pemujaan" dalam sebuah ritus yang diiringi oleh musik dan nyanyian. Menjadi katarsis sekaligus pelampiasan dari rasa kekaguman dan ekspresi yang ingin diungkapkan secara berkelompok. Hadirnya unsur partisipatoris di mana kita bisa ikut merasakan apa yang sedang dirasakan oleh penyanyi yang kita tonton. Membangun empati sekaligus simpati. Namun di tengah situasi hari ini, perjumpaan langsung adalah sebuah kejahatan. Dan lagi-lagi, bagi musisi atau band saluran digital menjadi media penyaluran yang paling aman.

Melalui panggung-panggung virtual yang sengaja diciptakan, para musisi mencoba mengobati kerinduan para penggemarnya. Interaksi virtual yang dibangun untuk menembus berbagai macam blokade yang membatasi ruang gerak dan pertemuan di dunia nyata. Memang tidak hadir dalam bentuk yang kolosal seperti perangkat tata suara dengan kekuatan ratusan ribu watt atau gemerlap lampu panggung dan hembusan api dari mesin pyro. Dari yang sekadar jamming di studio pribadi dan diunggah dalam berbagai media sosial hingga memanfaatkan aplikasi berbayar untuk bisa menikmati konser virtual mereka.

Sudah banyak band dan musisi yang melakukan hal tersebut. Dari yang memang hanya sekedar iseng memberi hiburan ataupun dalam rangka membangun solidaritas dan pengumpulan donasi untuk menanggulangi bencana ini.

Dalam beberapa minggu atau mungkin beberapa bulan ke depan, kita semua akan akrab dengan fenomena ini. Bentuk ekspresi dan apresiasi yang hadir melalui layar laptop dan telepon pintar mengandalkan relasi yang dibangun oleh jaringan internet. Setidaknya, ada hal yang mampu menjadi katarsis dan pengobat rasa rindu pada karya-karya baru band dan musisi pujaan kita. Di tengah situasi dunia yang makin depresi, akan ada banyak inspirasi baru yang dapat membuat musik ke depannya menjadi makin menyenangkan untuk diapresiasi. Semua sedang berusaha untuk tabah dan melawan kebosanan.

Mengutip kalimat dari Jean Baudrillard, seorang filsuf yang mengatakan: "Kebosanan adalah kejahatan paling besar kedua di dunia. Menjadi membosankan adalah kejahatan terbesar pertamanya". Stay safe and stay strong!

BACA JUGA - Rock yang Dibenci, Rock yang Abadi

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner