Album Debut Black Horses, 'Ballads of the Freedom Youth', Era Baru Rock Indonesia? (Bagian Satu)

Dua trek di awal hanyalah pemanasan. Nomor berikutnya, “Burn Me On Air”—dari lagu ini jugalah album Ballads of the Freedom Youth dipilih. Rock lekat dengan periode generasi bunga, kontra-budaya yang gegap gempita, sebuah periode suka ria yang tergeneralisasi dari banyak aspek di lini kehidupan. Mulai dari narkoba, musik. seni, literasi, dan permisif sosial. Menilik dari segi lirik, menceritakan pengalaman inderawi (dan spiritual, mungkin..) saat di bawah pengaruh substansi. Versi awal, sebelum masuk bagian outro solo oleh gitar Kevin Indriawan sebagai tulang punggung keseluruhan lagu di album ini, sebelumnya terpahat lirik “Excuse me, while I kiss the sky” sebuah ode untuk menghormati mendiang Jimi Hendrix si kidal yang mati muda. Namun, atas pertimbangan lain, dihilangkan dan membiarkan “Para Kusir” (sebutan penggemar Black Horses -red) yang meneriakkannya, direkam dalam satu kesempatan saat Black Horses manggung.

Belum usai, lagu “Mr. Glass” dan “Martyr’’ turut pula disempalkan di album debut Black Horses yang keseluruhan lagunya direkam di Palm House Studio dan dirilis secara digital termasuk rilisan fisik-nya melalui situs resmi Palm House Records. Kedua lagu ini sebenarnya sudah dirilis sekitar tahun 2019 lalu, kini menggunakan vokal dari Salim Lubis. Versi terbarunya cenderung lebih agresif, jauh lebih serius tanpa basa-basi, minus “tawa” juga kelakaran di awal dan pertengahan lagu. Entah apa alasannya.

Sebagai pembeda, pada bagian chorus terdapat teriakan Salim yang membuat gendang telinga saya seakan mengalami orgasme prematur. Bagi saya, seperti kurang klimaks agak dipaksakan. Tapi, berbeda ceritanya bagi Kusir yang kaum hawa. Asumsi saya, efeknya terasa lebih istimewa lagi bagi mereka. Sensual, mungkin.