Album Debut Black Horses, 'Ballads of the Freedom Youth', Era Baru Rock Indonesia? (Bagian Dua)

Album Debut Black Horses, 'Ballads of the Freedom Youth', Era Baru Rock Indonesia? (Bagian Dua)

Merasa bualan daftar saya ini terlalu panjang? Belum seberapa dan semuanya. Masih Terlalu banyak jika ingin disebutkan satu per satu di review kali ini. Mereka mungkin tidak pernah merasakan panggung Woodstock yang rusuh baik orisinal maupun kw seperti band rock’n’roller speakersatuset itu. Atau terlalu me-roket tinggi lupa mendarat ke bumi. Congkak dan jumawa. “Ini demi rock indonesia bung! Camkan dan ingat baik-baik hal itu!”

Ah sudahlah, percuma pula tersulut api amarah. Tidak akan tersampaikan. Harap maklum, namanya juga rockstar. Persetan dengan mereka. Panggung lainnya yang tidak sampai dicicipi rocker gaek Indonesia, adalah Monterey Pop Fest, Isle of Wright atau Altamont yang berakhir rusuh sebabnya malaikat neraka berambut pirang yang doyan naik kuda besi, kelakuannya adigung. Bahkan, mimpi rasanya untuk tampil di program TV Beat-Club Jerman Barat sana yang masih terbelah dua tembok Berlin akibat perang dingin.

Ujung-ujungnya, rocker Indonesia terpaksa berkreasi di bawah represifnya moncong senjata lars panjang di dahi. Anak-anak muda Indonesia pernah berada di dalam suatu periode paling mengenaskan dan menggelikan: dilarang gondrong. Kebebasan berekspresi dan berkreasi dikekang. TVRI pilihan terakhir dan tetap mengacu pada regulasi dari lembaga tertajam urusan sensor  di bawah menteri penerangan; BSF (Badan Sensor Film) atau LSF (Lembaga Sensor Film). Rock Indonesia pernah mati kutu dan embrio jalur bawah tanah pun menyeruak perlahan.

“Bahan bakar utama anak muda adalah musik rock, apa pun situasi dan kondisinya – rock adalah absolut. Sebuah kodrat yang sejatinya wajib diamini penuh suka cita” – Somef*ck

BACA JUGA - Album Debut Black Horses, 'Ballads of the Freedom Youth', Era Baru Rock Indonesia? (Bagian Tiga)

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner