What Rocks Off… Will Goes On. That's Rock N Roll

What Rocks Off… Will Goes On. That's Rock N Roll

One, two, three o'clock, four o'clock rock
Five, six, seven o'clock, eight o'clock rock
Nine, ten, eleven o'clock, twelve o'clock rock
We're gonna rock around the clock tonight

(rock around the clock)

Potongan lirik lagu diatas seakan menjadi pertanda dimulainya perjalanan musik rock, atau “rock ‘n roll” pada saat itu, ketika Bill Haley, Elvis Presley, Fats Domino, Little Richards memulai perjuangan mereka dengan segala macam aksi, atribut dan aransemen yang akhirnya mengguncang dunia. Buat saya, perjalanan musik rock secara mendunia dimulai ketika beberapa pemuda asal Amerika memiliki ide untuk membuat sebuah pagelaran musik besar yang rencananya ingin  menampilkan nama – nama besar di dunia musik rock pada saat itu, seperti Led Zeppelin, Bob Dylan, Joan Baez, Grateful Dead dan lain – lain. Dari ide kecil inilah akhirnya lahir sebuah pagelaran besar di akhir tahun 60an yang menurut saya adalah gerbang menuju berkembangnya musik rock hingga ke masa sekarang.

The Who

Woodstock 1969 yang merupakan pintu gerbang utama perkembangan musik rock, awal dari perubahan segala macam ornamen musik yang akhirnya beranak pinak hingga menghasilkan berbagai macam jenis aliran, yang buat saya semakin susah untuk diikuti. Awal 70an adalah ketika musik rock mulai mengambil lebih banyak tema dalam lirik – liriknya. Sejalan dengan dimulainya era pergaulan baru, Flower Generation, Hippies, UFO, Vietnam War, more drugs and boozes, depression, ditambah konflik antar ras & agama serta antar kelompok (mafia & gangster) yang akhirnya menjadi ide dasar pembuatan lirik untuk lagu – lagu hits macam Stairway To Heaven (Led Zeppelin), Something In The Air (Thunderclap Newmann), New Generation (The Who) dan Hey Joe (Jimi Hendrix).

Tahun 70an juga adalah ketika para pemusik mulai lebih berani untuk meng-eksplorasi suara dari instrumen – instrumen mereka, terutama sound gitar. Eksperimen dengan berbagai macam alat penunjang, efek & amplifier lebih berani dilakukan dibandingkan dengan masa – masa sebelumnya. Jimi Hendrix, Richie blackmore, Jimmy Page dan bahkan Keith Richards bermain gitar dengan suara yang terkesan lebih “rough”. Di masa ini, suara gitar lebih terdengar keras, kasar dan galak di banding masa sebelumnya. Ketika ditahun 60an suara gitar keluar dengan lebih mengandalkan sound “twank”-nya, ditambah sedikit “crunch”, maka di masa selanjutnya ini, sound gitar lebih berkarakter “overdriven & distorted”, lebih banyak “overdrive & distorsi” -nya. Para penyanyi lebih berani untuk berekspresi sesuai dengan isi dan pesan dari lagu – lagu yang mereka nyanyikan.

Fashion & Looks” juga salah satu yang mengalami perubahan dan pengembangan di mulai era 70an. Mulai kurang digemarinya gaya “Uniform Band” sebagai fashion, dimana para personil band memakai pakaian model setelan rapi (jas, kemeja, celana katun dan formal shoes) yang sama seakan – akan memakai seragam dari sebuah perusahaan asuransi, seperti yang pernah dilakukan The Beatles, The Rolling Stones, The Hollies, dan grup musik – grup musik lain di era 60an yang kebanyakan namanya dimulai dengan kata “The”. Bergaya urakan ala Hippies seperti Jim Morrisson, Joe Cocker, Janis Joplin atau Joni Mitchell, atau malah gaya yang berkesan “macho” & seenaknya ala “southerners” seperti John Fogerty, lebih menjadi pilihan. Dan perkara fashion ini pun semakin meluas dan bervariasi seiring dengan semakin bermunculannya grup – grup atau miusisi – musisi baru di masa ini. Mereka tampil dengan konsep dan karakter masing – masing, semakin berani dan malah bisa dibilang…nyeleneh. 

Freddie Mercury adalah salah satu yang menjadi fenomena fashion musik di era 70an hingga 80an. Freddie tampil menggila dan menjadi fenomena, diluar kemampuan menyanyi dan kualitas vokal yang “simply the best”, penampilannya juga tidak mudah dilupakan. Bahkan oleh yang tidak menyukainya sekalipun.  Inovasi dan ide – idenya untuk melengkapi setiap penampilannya sebagai vokalis dan “frontman” grup musik Queen seakan terus dan terus mengalir. Sampai akhirnya harus terhenti hanya karena 1 alasan yang tidak bisa dihindari: Wafat. Selain itu ada juga David Bowie, Mick Jagger, Dusty hill & Billy Gibbons (ZZ Top) dan masih banyak yang lain – lainnya.

Belum lagi kalau kita bicara jauh tentang perkembangan jenis musik rock itu sendiri yang semakin bercabang ke banyak arah. Untuk aliran musik / genre yang bernama “Progressive Rock” atau “Heavy Metal” atau “Hard Rock” saja kalau di telaah dalam sedalam – dalamnya memiliki banyak sekali jenis / tipe yang kadang bisa menimbulkan perdebatan sengit di kalangan penikmatnya sendiri. Tapi tidak bisa juga dipungkiri bahwa akan sangat menarik untuk bisa membahasnya satu per satu suatu saat nanti.

Semua yang saya tulis diatas sudah jelas membawa pengaruh besar ke hampir seluruh bagian bumi ini. Tidak terkecuali ke negara ini. Indonesia? Betul. Termasuk ke Indonesia. Lepas dari era musik 60an yang…yah terus terang saya tidak terlalu mengerti, musik Indonesia di era 70an juga banyak memiliki cerita yang menarik. Balik lagi seperti awal cerita diatas, banyak eksplorasi, eksperimen yang dilakukan musisi – musisi lokal pada saat itu. Banyak perjuangan dan pengorbanannya juga, termasuk bagaimana sengitnya persaingan antar band – band atau lebih spesifik lagi, antar musisi di zaman itu, yang setelah saya ikuti beberapa ceritanya dari berbagai macam sumber, mohon maaf, saya pikir terkesan sangat konyol. Tapi mungkin memang seperti itulah budaya bermusik pada saat itu, yang mau tidak mau hjarus diakui banyak menghasilkan figur – figur yang menurut sangat hebat dan berpengaruh seperti alm.Deddy Stanzah, Jockie Suryoprayogo, Gito Rollies, Benny Soebardja, alm.Chrisye, Koes Plus dan masih masih masih banyak lagi.

Untuk beberapa kesempatan ke depan, mungkin inilah yang akan saya sajikan dalam tulisan – tulisan pendek saya. Cerita di sekitar musik rock, dari luar negeri, dan terutama dari negeri ini sendiri. Sebagai bentuk apresiasi saya terhadap musik rock, dan karena buat saya, istilah “jangan lupakan sejarah” juga berlaku untuk dunia musik, yang notabene sudah menjadi bagian dari aliran darah saya, dan juga kota tempat saya tinggal ini.

 “where words fail, music speaks

Bassist of:
Pure Saturday
D'Ubz Bandung
A4/Akustun Band

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner