Vocal, Unavailable at Store

Vocal, Unavailable at Store

Artikulasi dan “Gogorowokan Teu Puguh”
Dalam musik metal, khususnya extreme metal, yang berarti di sini adalah teknik vokal yang digunakan dalam musik thrash metal, death metal, black metal, beserta grindcore, punk, hardcore dan aliran musik lainnya yang sama-sama menggunakan suara leher sebagai instrumen atau vokalnya, memiliki kekuatan yang paling “mengganggu” telinga orang awam atau yang tidak menyukai musik-musik tersebut. Coba saja sodorkan sebuah perangkat audio player kepada orang tua atau seseorang yang kemungkinan besar tidak menyukai musik metal. Ketika dia mendengarkan hentakan drum yang begitu cepat, gitar distorsi atau bass yang begitu berat, mungkin dia akan melotot atau mengernyitkan dahi, dan ketika ia mulai mendengar raungan vokal yang inartikulatif, mungkin saja dia akan langsung mematikan perangkat audio tersebut. Terlebih lagi, jika ada sedikit bunyi vokal yang lebih artikulatif, yang isinya tentang sarkasme atau berbau pornografi. Dalam bahasa Sunda, orang tua atau seseorang tersebut akan berkata “naha nyanyi teh kitu, gogorowokan teu puguh” (kok nyanyi kayak begitu, teriak-teriak gak jelas).

Jika seseorang bertanya mengapa musik metal cara bernyanyinya seperti itu, ada sebuah pengharapan ia ingin mengerti apa yang ingin disampaikan oleh seorang vokalis lewat liriknya. Kenyataannya, dalam genre brutal death metal misalnya, terdapat begitu banyak teknik vokal yang tidak memiliki artikulasi sebagaimana cara bernyanyi pada umumnya. Namun, sebetulnya di sini terdapat hal yang cukup menarik, yakni artikulasi dari lirik sengaja direduksi, bunyi vokal berubah menjadi instrumen bebunyian yang dihasilkan oleh suara manusia. Lalu, muncul lagi pertanyaan, mengapa harus ada lirik jika memang tidak akan terdengar atau sulit dimengerti? Tentu jawabannya akan berbeda-beda. Jika tetap harus dimengerti, maka baca saja lirik di dalam CD atau bisa mencarinya dari berbagai media dengan banyak cara. Di sisi lain, nikmati saja kemisteriusan itu, dengarkan sebagai bebunyian yang saling melengkapi dalam sebuah komposisi musik.

Mulutmu Harimaumu
Berhati-hatilah dalam menggunakan suaramu, terlebih lagi menggunakan suara dalam berbahasa. Dalam filosofi Sunda, ada istilah tekad, ucap, lampah, di sana terdapat ucap yang berarti kata atau perkataan, maka pergunakan lah sebaik mungkin, sebisa mungkin. Banyak perselisihan dan pertengkaran terjadi karena ucapan dan sumpah serapah, hingga peperangan yang memakan banyak korban. Namun di sisi lain, dengan suara dan bahasa yang dikeluarkan oleh mulut manusia, di sana terlahir ungkapan cinta, kasih sayang, dan semua hal yang mampu menjadikan manusia hidup bahagia. Mampu meraih semua hal mendasar yang dibutukan manusia untuk hidup dengan sesamanya. Jika kita mampu menggunakan suara dan bahasa kita dengan baik, semoga.

Pernah menonton film porno dengan menggunakan perangkat suara yang cukup keras? Atau mendengarkan pertengkaran tetangga, anak kecil menangis dimarahi ibunya, atau mungkin melakukan phone sex? Suara yang dihasilkan seorang individu manusia memiliki kekuatan yang sangat signifikan dalam mempengaruhi manusia lainnya. Dalam musik pun, kualitas seorang penyanyi memiliki peran yang sangat besar dalam melengkapi komposisi bebunyian yang dibuat, terlebih dengan kekuatan lirik yang disajikan. Banyak lagu yang tidak kita mengerti liriknya sebelum kita mencari tahu atau membaca lirik lagu tersebut, namun kita sudah jatuh cinta dengan lagu yang kita dengarkan itu, walaupun mungkin ternyata isi liriknya sama sekali tidak seperti yang kita bayangkan.

Vokal, suara manusia, adalah sebuah anugerah dari Sang Pencipta dan semesta yang menjadi bagian dalam tubuh kita. Hadir semenjak kita lahir ke bumi, kita sudah memilikinya dengan gratis, tanpa harus membelinya di sebuah toko. Walaupun begitu banyak juga saudara kita yang kurang beruntung, menjadi seorang tunawicara atau mengalami kerusakan pada pita suaranya. Maka, seyogyanya semoga kita bisa menjaga suara kita baik-baik, mempergunakannya sebaik mungkin. Untuk musik, untuk melamar sang terkasih, untuk apapun.

Header Photo: Robi Rusdiana            

Robi Rusdiana

Tokoh ini sudah sangat akrab dengan dunia musik. Gitar, keyboard, hingga piano klasik sudah menjadi bagian dari kesehariannya sejak kecil. Ketertarikannya pada musik dilanjutkan pada pendidikan formal hingga meraih gelar Magister Seni di tahun 2013. Robi Rusdiana juga merupakan pendiri dari proyek musik Ensemble Tikoro.

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner