Siapa Bilang Musik Tradisional Itu Horor ?

Siapa Bilang Musik Tradisional Itu Horor ?

Oleh Risa Saraswati

Coba kalian pejamkan mata, biarkan kepala kalian kosong untuk sesaat saja. Nah, sekarang saya akan coba menyalakan musik gamelan, suara gamelan itu akan menyusup perlahan ke dalam telinga kalian, pelan... Tapi menjalar hingga imajinasi kalian berhamburan kemana saja.

Pertanyaan saya sekarang, "Apa sih yang ada di dalam kepala kalian setelahnya?"

Entah mengapa, 80% saya yakin yang kalian pikirkan adalah hal-hal berbau mistis dan magis. Komentar seperti "Merinding", "Ngeri", atau "Berasa ada setan di sebelahku", akan jadi jawaban terbanyak dari pertanyaanku tadi. Bukan asal bicara, sebelumnya hal ini sempat kulakukan pada beberapa teman bahkan saudara terdekat. Selalu seperti itu, hingga lama-lama mereka semua cenderung lebih tak menikmati musik-musik tradisional semacam gamelan dan teman-temannya.

Sempat saya membaca beberapa buku berlatar belakang jaman kolonial Belanda di tanah Priangan. Diceritakan dalam buku itu bahwa para tuan tanah yang dulu menguasai perkebunan Jawa Barat tak sedikit yang jatuh cinta pada kesenian tradisional sunda. Bahkan tak sedikit dari mereka yang mahir memainkan suling dan rebab. Menurut mereka, musik tradisional punya tangga nada yang janggal, namun bisa membuat mereka hanyut dalam nada-nada itu. Bangsa penjajah saja tergila-gila, bagaimana dengan leluhur kita? Tentu saja lebih tergila-gila lagi.

Musik tradisional menjadi salah satu peredam emosi dan peredam rasa letih kala itu. Musik seperti itu juga menjadi jembatan bagi mereka untuk saling berkomunikasi, entah dengan sesama manusia atau dengan para leluhur. Terkesan klenik memang. Tapi begitulah budaya di negeri ini, yang mau tak mau masih sangat lekat dalam kehidupan kita sehari-hari.

Tayangan media visual rupanya cukup banyak menggagahi imajinasi kita, jika musik seperti itu berkumandang... hal mistis yang pertama kali akan berkelebat di dalam kepala kita. Tidak salah memang, banyak selentingan cerita horor yang menceritakan tentang alat musik tradisional. Dimana sering berbunyi meski tak ada yang sedang memainkannya. Belum lagi senandungan kuntilanak yang konon suka menyenandungkan lagu-lagu daerah. Yakin deh, saat masuk wahana rumah hantu sekalipun, yang paling ditakuti adalah bagian hantu berkebaya dengan backsound musik gamelan. Belum lagi kalau tiba-tiba si hantu-hantuan itu tiba-tiba berdiri dan mengejar. Wah bisa kencing di celana.

Kenapa bisa begitu ya?

Sedikit menganalisa, saya coba membandingkan dengan hantu-hantu Belanda di rumah saya dulu. Ada hantu perempuan bernama Elizabeth yang hobi memainkan piano di rumah, malam hari! Saya tahu, tak hanya saya saja yang mendengar denting piano itu, karena keesokan paginya saya bisa melihat kantung mata orang-orang di rumah tampak menggelayut dengan wajah pucat pasi. Mereka mendengar denting piano itu, tapi memilih untuk diam tak membahasnya karena bagaimanapun saat itu kami hidup berdampingan dengan hantu-hantu seperti Elizabeth di rumah itu, entah sampai kapan.

Saat kami semua pindah dari rumah itu, barulah cerita demi cerita mulai bermunculan. Benar, tak hanya saya yang mendengar permainan jemari Elizabeth.. Tapi tahu tidak? Meski ketakutan, sepupu saya ikut les piano setelahnya, adik saya juga ikut les piano, bahkan om saya juga berlatih piano karena mungkin diam-diam nada yang dimainkan si hantu berhasil memikat mereka hingga tertarik untuk mempelajarinya lebih jauh.

Sama seperti manusia pada umumnya, jika melihat sekumpulan alat musik sedang menganggur, hantu juga punya keinginan besar untuk menyentuhnya. Terlebih jika bisa memainkan alat itu, sudah pasti secara intuisi mengarah pada keinginan untuk memainkannya. Elizabeth mungkin mahir memainkan piano, maka bermainlah dia. Tak ubahnya dengan instrumen tradisional yang konon sering diisukan bermain sendiri padahal tak ada siapapun yang memainkan.

Kedekatan kita dengan alat musik tradisional dan bebunyian yang dihasilkan itulah yang saya rasa jadi penyebab utamanya. Kita begitu dekat, namun nyatanya tak saling mengenal dengan musik itu. Zaman yang kian modern membuatnya semakin jauh, dengan pemahaman yang semakin berbelok. Musik tradisional semakin asing di telinga, sesuatu yang terasa asing selalu lekat dengan hal mistis.

Segala sesuatu yang dikolaborasikan dengan musik tradisional selalu mengundang perasaan merinding bagi siapapun yang mendengar.

Jangankan kita, mereka yang konon pernah hidup lebih dahulu sebelum kita lahir juga rupanya jarang mendengarkan bebunyian tradisional belakangan ini. Wajar memang jika pada akhirnya "Mereka" ikut mendengarkan, menyaksikan, ikut hanyut dalam permainan musik tradisional yang dimainkan oleh sekelompok manusia.  Saya sempat menyaksikan dengan mata kepala sendiri bagaimana "Mereka" memenuhi gedung pertunjukan saat suatu acara mementaskan musik dengan genre tradisional. Tak ada wajah menakutkan yang tersirat, melainkan wajah-wajah senang, juga senyuman kerinduan di wajah mereka.

Salah jika berpikir mereka memainkan alat tradisional dengan maksud untuk menakuti, salah pula jika ada sebagian orang yang menganggap kalau musik tradisional itu mistis. Jika keadaan dibuat terbalik, misalnya membuat musik tradisional menjadi lagu yang sehari-hari dimainkan oleh semua orang, dan diputar setiap hari di seluruh media. Yakin, musik tradisional takkan terdengar horor lagi. Sebaliknya, bahkan mungkin jenis musik modern yang nantinya akan terkesan mistis jika dimainkan oleh segelintir orang.

Beruntung  sampai saat ini banyak kelompok yang masih tertarik untuk mendalami musik tradisional, bahkan hingga berkelana ke seluruh dunia untuk membawa kebudayaan Indonesia lewat permainan musik tradisionalnya. Saya yakin, para seniman tradisional dapat mengumpulkan segala energi positif yang orang lain rasa berbeda saat mendengarkan musiknya.

artsactive.org.uk

Ada yang bilang, cara paling efektif untuk menghilangkan ketakutan adalah dengan cara menghadapinya.

Rasa merinding, takut, ngeri bagi anak-anak muda jaman sekarang saat mendengar alunan musik tradisional sebenarnya bisa dilawan dengan cara yang sangat mudah... Yaitu membiasakan telinga mereka mendengarkan musik-musik dan lagu-lagu tradisional. Jika terbiasa, saya sih yakin bukannya merasa takut... malah akan merasa nyaman dan hangat, karena ada mereka yang juga ikut senang bisa mendengar musik yang mereka rindukan bersama kalian.

Foto:

Yilin-tan
http://artsactive.org.uk
alam-rahasia.blogspot.com
Nico Nordstorm Courtesy at www.flickr.com
https://www.youtube.com/watch?v=TZLXWcOwe2s
www.americas-most-haunted.com
thekey.xpn.org

Cover
duniaklenik.com

Partime singer, partime writer, & partime ghosthunter

View Comments (1)

Comments (1)

  • Novianr
    Novianr
    18 Mar 2016
    Tapi aku seneng sama musik tradisional sunda. Percis kaya yang di lagu Bilur gitu. kayanya tenang gitu kalo udah ngedenger kecapi sama suling.
You must be logged in to comment.
Load More

spinner