Sedikit-dikitnya, Musik Adalah Sebuah Gerakan

Sebelum negara benar-benar bersatu, semangat juang “Merasa Bersatu” dalam batin masing-masing rakyat Indonesia tidak lepas dari terciptanya lagu-lagu bangsa dan kerakyatan yang lain. Bahkan, lagu terakhir W.R Supratman yang berjudul "Matahari Terbit" pada awal Agustus 1938 sepertinya memberi kekuatan besar terhadap para rakyat hingga menjadikan W.R Supratman ditangkap oleh polisi Hindia Belanda ketika menyiarkan lagu tersebut bersama pandu-pandu di NIROM  Jalan Embong Malang, Surabaya dan ditahan di penjara Kalisosok, Surabaya, dan berakhir meninggal.

Memang benar, puluhan bahkan ratusan tahun yang lalu kondisi sosial sangat memberi peluang tematik menciptakan musik historis yang apik untuk didengar hari ini. Point of view-nya bukan soal tema-tema tersebut. Akan tetapi, gerakan-gerakan yang mereka bentuk adalah underline yang sangat penting, bahwa musik tidak sekedar euforia budaya. Lebih dari itu, musik adalah media penyampai pesan. Hal ini membuat saya berkesimpulan, bahwa musisi terdahulu memberi peringatan keras dalam sejarah musik, bahwa musik lahir untuk melakukan sesuatu.

Barangkali kita perlu mengingat bersama, hari ini penjajahan dari Londo sudah tidak ada, pemimpin rezim juga sudah selesai dan entah kapan akan lahir lagi, dan pertumpahan darah adu domba rasial sudah redam. Yang pasti, episode demi episode drama di negara ini akan terus berlangsung sampai akhir hayat negara. Karena itu lah, semua kembali pada diri masing-masing sebagai seseorang yang concern di dunia musik, pesan seperti apakah yang akan kita sampaikan.

Bagi saya, eksistensi sebuah era bergantung pada bagaimana masyarakat luas merespon sebuah musik yang hadir saat itu. Karena siapa pun musisinya, dalam musikalitasnya sedikit-dikitnya ada sebuah gerakan sosial yang dia bangun.

Header photo: allindonesiatourism.com