Saya, Fariz RM & Panggung Perak

Saya, Fariz RM & Panggung Perak

Setelah menjadi bagian penting dari beberapa sejarah musik Indonesia, yang diantaranya terlibat di proyek musik bersama “Young Gipsy”, lalu membantu produksi album musik latar untuk film layar lebar “Badai Pasti Berlalu”, dan bertanggung jawab terhadap proyek-proyek musik lainnya, Fariz RM seakan tetap haus mengeksplor potensinya sebagai musisi muda, untuk bisa melahirkan karya-karya tunggalnya. Semuanya terjawab ketika Fariz RM merilis album Sakura, dan Panggung Perak, yang menjadi perhatian penting sebagai pembaruan musik pop Indonesia sebagai angin segar penuh pencerahan.

Saya membayangkan begitu bergeloranya umur belia Fariz RM ketika membuat gebrakan album Panggung Perak, pada medio 1981, dimana album itu akhirnya menghantarkan dirinya pada pengakuan publik musik di Indonesia sebagai musisi berbakat. Saat itu Fariz genap berumur 22 tahun, dan diketahui sangat piawai memegang beberapa instrumen seperti piano, keyboard/organ, synthesizer, gitar, bass hingga drum.

Memang bisa jadi sebuah ketidak sengajaan, bahwa saya perlu mengakui akhirnya disini sebagai pengagum beliau dikarenakan album ini. Perkenalan saya pada Panggung Perak dijembatani oleh hobi saya mengkoleksi rilisan kaset pita, yang mulai digeluti kembali pada akhir 2014. Impresi saya pada album Sakura seakan terhenti seketika, dan dibikin mabuk kepayang atas materi-materi di album Panggung Perak, yang mengoyak-ngoyak benak saya, atas suguhan pesona aransemen musik dan lirik yang begitu megah. Album ini begitu terkonsep dengan baik, dengan tema autobiorafi Fariz dalam menggambarkan ulang kembali masa-masa dimana ia lahir, dan tumbuh menjadi seorang musisi. Eloknya rangkaian demi rangkaian aransemen didalam album tersebut, menyiratkan kepiawaian Fariz mengkombinasikan banyak unsur-unsur instrumen, yang dia gagas secara sporadis, namun dikemas secara apik berbalut nada-nada progresif rock, pop jazz, rhythm 'n soul, funk hingga soul.

Bagi saya, berkarya adalah sebuah ritual menyenangkan, karena hal tersebut menunjang wadah ekspresi tersendiri. Berkarya merupakan proses dimana kesadaran kognitif, kerja motorik dan pengalaman empiris menjadi berpadu hingga mencapai sensasi yang tidak dapat terlupakan. Bagi saya menikmati album Panggung Perak merupakan pencapaian estetis tersendiri atas bias pop eklektik, yang berbalut nuansa musik semi elektronik serba futuristik. Karena Panggung Perak ini lah, akhirnya saya bisa hanyut lebih dalam mengamati proses kerja kreatif seorang Fariz RM meramu formula membuat sebuah karya musik terbaik pada masanya.

Tak elak-elaknya album tersebut diputar diseantero penjuru relung hati mewarnai perjalanan intuisi ini berkelana mondar mandir, keluar masuk dimensi fantasi antah berantah, dan menemani saya berkarya di studio. Lirik-lirik puitis dan penuh perumpamaan yang mengilustrasikan bahasa modern, hingga istilah-istilah pada bahasa sansekerta dalam album ini, menjadi inspirasi sekaligus pengaruh terbesar dalam karya-karya drawing saya, yang hampir sebagian besar terbangun atas kombinasi ilustrasi serta teks.

Terima kasih Fariz Rustam Munaf atas album Panggung Perak nya, yang secara serta merta membuat mata saya menjadi lebih terbuka akan edukasi perjalanan musik terbaik di negeri ini. 

Mufty Priyanka

Seniman dan tenaga pengajar

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner