Peran Perempuan di Dunia Musik Tanah Air

Peran Perempuan di Dunia Musik Tanah Air

Peran perempuan dalam dunia musik tanah air tidak bisa dihilangkan begitu saja, mengingat negeri ini pernah melahirkan Dara Puspita. Sebuah band dengan personil perempuan, yang memainkan musik rock n roll, bahkan saat musik tersebut dilarang pada era presiden Soekarno

Pernah ada masa band-band yang vokalisnya laki-laki banyak yang menyanyikan lirik lagu ‘galau’ yang seolah menunjukan kerapuhan mereka karena pasangannya telah pergi dengan orang lain. Lirik lagu penuh ratapan tersebut sayangnya keluar dari band dengan personil laki-laki, yang konon katanya adalah makhluk yang menuhankan maskulinitas sebagai syarat mutlak, dan super gengsi mengakui kerapuhannya. Hal ini lalu ‘dipanaskan’ oleh band Coklat yang seakan ‘mengejek’ kerapuhan lirik-lirik lagu melankolis tersebut, ketika band ini melejit dengan lagu “Karma” (album Rasa Baru). Lagu tersebut seakan menjadi kebalikan dari penggalan lirik lagu di atas tadi. Kikan (yang saat itu masih menjadi vokalis Coklat) begitu ‘gagah’ saat melantunkan penggalan lirik “....ku ingin kau rasakan pahitnya terbuang sia-sia”. Alih-alih meratapi perasaan sedih karena patah hati, Kikan lebih memilih ‘menyumpahi’ sang mantan kekasih agar mendapat karma.

Seakan mengamini ‘ejekan’ Kikan saat masih bersama Coklat, kota Bandung era tahun 2000 awal pernah melahirkan band yang semua personilnya perempuan bernama Boys Are Toys. Band ini memainkan analogi laki-laki sebagai mainan dengan punchline menarik sekaligus jenaka. Hal itu seakan menjadi sebuah pernyataan yang bisa dibilang kuat, dimana perempuan ditempatkan sebagai subjek, dan laki-laki sebagai objek.

Selain itu, ada juga band She dengan musik yang terbilang lebih ‘manis’ dibanding Boys Are Toys tadi, yang bahkan punya lagu dengan lirik ‘nonjok’ tentang cara perempuan menyikapi laki-laki berkualitas jeblok. Meskipun diolah dengan gaya bahasa yang (maaf) cheesy, tapi pesannya jelas dan straight to the point lewat penggalan lirik “...no no no tunggu dulu, cinta jangan buru-buru, karena kurasa terlalu cepat, kutakut semua palsu”. Lirik tersebut menggambarkan jika perempuan tidak bisa seenaknya diajak kenalan, terus langsung ditodong jadian dan pacaran.

Peran perempuan dalam dunia musik tanah air tidak bisa dihilangkan begitu saja, mengingat negeri ini pernah melahirkan Dara Puspita. Sebuah band dengan personil perempuan, yang memainkan musik rock n roll, bahkan saat musik tersebut dilarang pada era presiden Soekarno. Band ini punya nyali bukan hanya karena mereka perempuan yang bermusik saja, tapi juga pilihan musiknya yang ‘melawan’ aturan sang presiden yang tidak suka dengan musik ‘ngak ngik ngok’ kala itu.

Daramuda menjadi layak disimak, bukan hanya karena grup ini berisikan personil perempuan dengan paras cantik saja, tapi cara mereka mencitrakan dirinya yang penuh senda gurau tersebut jadi suguhan berbeda, ketika band atau grup lainnya mati-matian ingin dipuja dengan segala cara lewat citra, gimmick dan wacana yang tidak jarang banal, sampai presentasi yang seolah menggambarkan jika mereka adalah pahlawan musik Indonesia yang harus digemari. Tidak dengan Daramuda. Mereka hanya ingin bercanda dengan nada, yang sialnya sekeras apapun mereka meminta untuk tidak dipuja, namun nyatanya itu menjadi sia-sia, karena siapa yang bisa menolak pesona dari ketiga nya?

Menghubungkan perempuan dan perannya dalam dunia musik tanah air, maka kita akan diingatkan tentang lagu-lagu yang terinspirasi dari perempuan. Setidaknya dalam fase kita belajar kesenian di sekolah, mungkin 7 dari 10 orang di Indonesia akan ingat dengan nada ini ...do re mi fa sol si do, la do’ si la sol... atau lagu Potret dengan hits paling terkenalnya berjudul “Bunda”. Saking berpengaruhnya perempuan dalam kehidupan kita, paling tidak dalam satu tahun negeri ini memperingati dua hari besar yang terinspirasi dari perempuan, yakni hari Kartini dan hari Ibu. Dua-duanya memberikan pernyataan yang kuat tentang emansipasi perempuan, dan peran perempuan sebagai ibu.

Kartini mungkin akan tersenyum senang karena emansipasi yang diperjuangkannya melahirkan musisi-musisi perempuan yang sanggup membuat grup keren seperti Dara Puspita sampai Daramuda. Atau bagaimana akhirnya kekuatan perempuan tadi menginspirasi Melly Goeslaw melahirkan lagu “Bunda”, sebagai bentuk penghargaannya untuk orang yang hanya satu level saja dibawah Tuhan. Lagu "Bunda" sendiri hampir bisa dipastikan akan selalu diputar setiap tanggal 22 Desember, bertepatan dengan peringatan hari ibu di Indonesia.

BACA JUGA - Kisahku Sebagai Wibu Cahaya Asia! (Bonus 9 Rekomendasi OST Anime yang Ciamik!)

Selly Nisa Kania

Selly Nisa Kania merupakan pemain saxophone wanita di band Saritme dan Lowlines. Saat ini sedang mengelola sekolah musik yang bernama Runa Music School.

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner