Musik, Manusia dan Transendental

Musik, Manusia dan Transendental

Transendental dalam musik, khususnya di Indonesia, sudah menjadi bagian dari kearifan lokal. Jadi bukan hanya terjadi di musik modern, bukan hanya tercipta dan terasa di musik post rock, ambient, experimental, rave music, psychedelic, namun jauh sebelum mereka muncul di Indonesia, orang-orang tua kita sudah melakukannya sebagai upacara. Kebudayaan lokal kita sudah memiliki musik transendental yang memiliki kekuatan besar dalam pengaruh kehidupannya, bukan hanya merasakan ‘kenikmatan’ secara musik, namun lebih jauh ke arah spiritual.

Di Sunda, ada Kesenian Musik Tarawangsa, kesenian ini dikenal tumbuh kembang di masyarakat Rancakalong, Sumedang, sudah muncul sejak Kerajaan Sumedang. Atau di Jawa ada kesenian Gending Jawa, atau ada juga Kesenian Banyumas yang semuanya dikenal sebagai kesenian transendental dan menjadi bagian ritual yang sakral. Lalu apa fungsinya transendental dalam musik itu?

Transendental itu bersifat abstrak, tentang kerohanian, tentang spiritual, tentang hubungan manusia dengan dimensi ‘lain’. Pada dasarnya manusia membutuhkan hal-hal yang bersifat kerohanian ini, maka dilakukan lah berbagai kegiatan yang bercermin pada diri dan dimensi lain, baik itu secara agama atau pun lainnya.

Orang-orang tua kita dulu, menjadikan musik sebagai media, sebagai trigger untuk melakukan sebuah komunikasi atau perenungan terhadap sesuatu yang bersifat rohani. Mereka membutuhkan musik untuk mempercepat, memperkuat hingga memperlancar proses transendental tersebut. Dulu, mereka tidak melakukan riset ilmu pengetahuan dan musik tentang ritme, tempo, melodi dan lain-lain yang cocok dijadikan sebagai musik transendental. Mereka berproses melalui pengolahan rasa, pengolahan batin dan ekspresi jiwa. Jadi tidak heran musik-musik kesenian tradisional memiliki kekuatan yang besar, dan untuk urusan transendental, mereka memiliki formulanya.

Setelah adanya musik transendental tersebut, maka orang-orang tua kita bisa melakukan sebuah upacara dengan berbagai bentuk tujuan, misalnya untuk mengekspresikan rasa syukur, permohonan, rasa ampun, rasa berterima kasih dan ekspresi lainnya. Musik selalu diperlukan dalam proses tersebut, sebagai pengiring sekaligus penggiring lainnya, misalnya nyanyian hingga tarian.

Musik transendental cenderung memiliki tempo yang lambat, ritme yang monoton, melodi yang repetitive dan bermain di frekuensi yang tinggi. Secara neurologi, karakter musikalitas seperti itu dengan mudah direspon oleh jiwa dan raga untuk bergerak sesuai irama dan membawa jiwanya ke dimensi lain. Ini merupakan bentuk alamiah, sebuah hubungan alami antara musik, manusia dan semesta, mereka saling terhubung dan terikat pada polarity.

Transendental sekarang ini juga bisa diadaptasikan pada musik popular, tidak jarang beberapa musik dengan karakter musikalitasnya yang sama dengan musik transendental juga menyerap energi ke alam transendental. Ketika kita merasakan sebuah musik transendental, hal pertama yang akan dialami adalah sense of self. Kita menyebutnya ‘bercermin’. Berbagai hal bentuk pengolahan rasa terhadap diri sendiri, mulai dari perenungan hingga harapan yang bisa menjadi motivasi dan ketenangan.

Setelah itu, ada sesuatu yang cukup kompleks namun menyenangkan ketika berada di alam transendental. Adanya pengaruh ‘waktu’. Ini bukan berhubungan tentang durasi, namun lebih filosofis ke arah kesadaran waktu, misalnya berhubungan dengan past, present dan future. Orang yang memainkan musik atau yang menikmatinya tidak akan memiliki kesadaran pasti tentang past, present atau future atau bertumpuk-tumpuk, atau bergantian. Yang mereka sadari adalah sebuah komunikasi vertical dan horizontal yang dialirkan melalui musik.

Ekspresi akan muncul lewat tubuh kita. Pada dasarnya tubuh manusia ingin berkomunikasi, sama halnya dengan konsep ‘mati’ dalam Islam, bahwa tangan kita, kaki kita, dan bagian-bagian tubuh lainnya akan berkomunikasi. Maka dengan musik transendental ini akan merangsang tubuh kita untuk melakukan ekspresi-ekspresi sebagai bentuk komunikasi. Tidak jarang kita bisa memerhatikan gerakan-gerakan orang yang berada di alam transendental begitu menikmati gerakannya, begitu menghayati dan begitu saling terhubung.

Musik transendental, selain membawa penikmatnya ke alam transenden, juga akan memberikan ketenangan jiwa dan raga. Hal yang paling penting bagi orang-orang tua kita dulu dengan adanya kesenian transendental adalah keimanan terhadap sang kebenaran yang tinggi akan semakin teguh dan mendalam, juga kecintaan dan kepedulian akan semesta. Maka musik dapat memberi perangsang ke arah itu dan bisa diadaptasikan pada dimensi waktu sekarang.

Image:
wajah-indonesia-ku.blogspot.com
www.spookyscotty.com
The Art of Meditation

Writer
New Media Artist
Song Writer
Traveller

View Comments (2)

Comments (2)

  • mozrel
    mozrel
    25 Jun 2016
    kak, saya izin share ya :)
  • Julian669
    Julian669
    3 Aug 2016
    izin share ya
You must be logged in to comment.
Load More

spinner